Blog ini tidak dibuat oleh seorang Saksi Yehuwa. Blog ini membahas ajaran Saksi Yehuwa dengan menggunakan publikasi dan Alkitab. Ditujukan kepada siapa saja yang berhati tulus dan ingin memeriksa kebenaran pengajaran Saksi Yehuwa.

Sabtu, 10 Oktober 2009

Yesus adalah malaikat Mikhael (1 Tes. 4:16)

(1 Tesalonika 4:16) 16 karena TUAN sendiri akan turun dari surga dengan seruan yang kuat, dengan suara penghulu malaikat dan dengan terompet Allah, dan mereka yang sudah mati dalam persatuan dengan Kristus akan bangkit lebih dahulu.

Menara Pengawal mengajarkan:

Di 1 Tesalonika 4:16 suara Tuan Yesus Kristus yang telah dibangkitkan digambarkan sebagai suara penghulu malaikat, yang menunjukkan bahwa ia sendiri sesungguhnya adalah sang penghulu malaikat. Ayat ini menggambarkan dia turun dari surga dengan ”seruan yang kuat [kiasan, penuh kuasa]”. Oleh karena itu, logislah jika sumber seruan kuat itu dilukiskan oleh sebuah kata yang tidak akan mengurangi atau mengalihkan perhatian dari wewenang tinggi yang kini dimiliki Kristus Yesus sebagai Raja atas segala raja dan Tuan atas segala tuan. (Mat 28:18; Pny 17:14) Seandainya nama ”penghulu malaikat” tidak diterapkan kepada Yesus Kristus, tetapi kepada malaikat-malaikat lain, disebutkannya ”suara penghulu malaikat” itu tidak akan cocok, karena dengan demikian suara tersebut menggambarkan suara pribadi yang memiliki kekuasaan yang lebih kecil daripada yang dimiliki Putra Allah. (Pemahaman hlm. 126 Mikhael)

…masuk akal untuk menyimpulkan bahwa Mikhael tidak lain adalah Yesus Kristus dalam tugasnya di surga. (Alkitab Ajarkan hlm. 219 par. 1 Siapakah Mikhael, sang Penghulu Malaikat?)

Apakah Alkitab memang mengajarkan demikian?

Salah satu ajaran yang menarik dari Saksi Yehuwa adalah ajaran mengenai malaikat Mikhael, yang dipercaya sama dengan Yesus Kristus sendiri. Ayat 1 Tes. 4:16 sering digunakan untuk membuktikan ajaran ini.

Apakah benar kata buku Pemahaman bahwa “suara Tuan Yesus Kristus yang telah dibangkitkan digambarkan sebagai suara penghulu malaikat, yang menunjukkan bahwa ia sendiri sesungguhnya adalah sang penghulu malaikat” (sehingga berlaku “suara Yesus adalah suara Mikhael”, sehingga “Yesus adalah Mikhael itu sendiri”)? Ternyata tidak.

Ayat ini tidak mengatakan bahwa ada suara Yesus. Yang ada hanyalah suara penghulu malaikat, suara terompet Allah, dan “seruan yang kuat”. Apakah “suara yang kuat” ini adalah suara Yesus sendiri? Bukan.

Pertama, karena di 1 Tes. tidak dikatakan “suaranya yang kuat”. Jika memang itu adalah suara Yesus sendiri, maka ayat ini akan ditulis menggunakan kata ganti "nya" , “karena TUAN sendiri akan turun dari surga dengan seruannya yang kuat….”

Kedua, jika memang suara Yesus dan Mikhael sama, mengapa harus di sebutkan “suara yang keras” dan “suara penghulu malaikat”? Bukankah keduanya sama? Apakah tujuannya disebutkan dua kali? Mengapa penulisannya seakan dibedakan?

Ketiga, jika memang Yesus adalah Mikhael, mengapa tertulis “seruan yang kuat, dengan suara penghulu malaikat”, bukannya “seruan yang kuat, atau suara penghulu malaikat”. Kata “dengan” bermakna dua hal yang terjadi bersamaan.

Pada kejadian pada ayat itu:

1. “TUAN sendiri akan turun dari surga”

2. “dengan seruan yang kuat”,

3. “dengan suara penghulu malaikat”

4. “dan dengan terompet Allah, dan

5. “dan mereka yang sudah mati dalam persatuan dengan Kristus akan bangkit lebih dahulu”

Jika Menara Pengawal mengajarkan suara Yesus adalah suara Mikhael karena keduanya bersuara bersamaan, bukankah dengan cara berpikir yang sama dapat juga kita simpulkan bahwa Yesus adalah terompet karena suara Yesus dan suara terompet terdengar bersamaan?

Oleh karena itu, tidak ada alasan yang kuat untuk mengatakan suara Tuan Yesus Kristus yang telah dibangkitkan digambarkan sebagai suara penghulu malaikat.”

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Menurut saya kamu renungkan dulu baik-baik kata-katanya. Jangan buat posting hanya karena ketidaksetujuan kamu terhadap ajaran SY. Bisa-bisa semua yang benar yang mereka sampaikan kamu tolak semua... Bisa juga akhirnya kamu tolak ajaran Alkitab. Kalau sudah begitu ya, sudah susah kamunya.

Thx

saksiyehuwa mengatakan...

Dear Sdr. Anonim (9 Januari 2013 08.35),

terima kaish untuk sarannya, naum ingin saya tanyakan: sampai seberapa lama harus direnungkan?
bagaimana dnegan ajran lain seperti Mormonisme, dll? apakah kita juga harus diam jika tidak setuju dengan asumsi "bisa saja ajaran mereka itu benar"?

salam,
MKSY