Mungkin Saudara berkata, “Tahun-tahun bukanlah tahun ramalan Saksi, tapi hasil pengharapan yang keliru karena Saksi adalah orang yang tak sempurna.”
Memang semua manusia (kecuali Yesus) tidak sempurna. Akan tetapi, apakah ini adalah pembenaran (alasan yang tepat) akan nubuatan yang keliru?
(Ulangan 18:20-22)”’Tetapi seorang nabi yang dengan lancang menyampaikan dengan namaku perkataan yang tidak kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berbicara dengan nama allah-allah lain, nabi itu harus mati. Apabila engkau mengatakan dalam hatimu, ”Bagaimanakah kami akan mengetahui firman yang tidak diucapkan Yehuwa?” apabila nabi itu berbicara dengan nama Yehuwa dan perkataan itu tidak terjadi atau tidak menjadi kenyataan, itulah perkataan yang tidak diucapkan Yehuwa. Dengan lancang nabi itu mengucapkannya. Jangan takut kepadanya.’
Ulangan 18:20-22 mengajarkan kepada kita siapakah nabi palsu itu. Dengan amat jelas dan lugas dijelaskan bahwa ketika seseorang yang mengaku nabi, bernubuat (memberikan prediksi dengan menggunakan nama Allah), tetapi tidak terjadi, maka ia adalah nabi palsu.
Apakah ayat ini memungkinkan adanya excuse atau dalih, “kami adalah manusia tak sempurna yang dapat melakukan kesalahan”? Sama sekali tidak.
Mengapa perkataan nabi yang benar pasti terjadi, tidak bisa tidak? Karena apa yang ia sampaikan berasal dari Allah, yang tidak dapat berbohong (Titus 1:2). Nabi yang benar adalah juru bicara Allah yang tidak mungkin salah.
Publikasi mengatakan,”… nabi sejati bukanlah pemberita biasa melainkan juru bicara Allah, ”abdi Allah” yang membawa pesan-pesan terilham.” (*** it-2 hlm. 182 Nabi ***)
Jadi, misalkan, seseorang bernubuat bahwa tahun 2012 akan terjadi Armageddon dan kemudian setelah 2012 berlalu tidak terjadi apa-apa, ia mengatakan bahwa ia hanyalah manusia tak sempurna yang dapat melakukan kesalahan – apakah menurut Saudara, orang ini tetap adalah nabi Allah yang benar?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar