
The spirit of Yahweh was often described in personal terms. The spirit was grieved, guided men, instructed them, caused them to rest (Ps 143.10; Neh 9.20; Is 63.10, 14). But it seems quite clear that the Jews never regarded the spirit as a person; nor is there any solid evidence that any Old Testament writer held this view. A few scholars today maintain, however, that even though the spirit is usually presented as an impersonal divine force, there is an under-lying assumption that the spirit was a conscious agent, which 'provided a climate in which plurality within the Godhead was conceivable." (The Triune God, Edmund Fortman, p6)
[terjemahannya]
Roh Yahweh sering dijelaskan dalam istilah-istilah pribadi. Roh itu didukakan, membimbing orang, memerintahkan mereka, membuat mereka istirahat (Mzm. 143.10; Neh. 9.20; Yes. 63.10, 14). Tetapi kelihatannya cukup jelas bahwa orang-orang Yahudi tidak pernah menganggap roh itu sebagai suatu pribadi; juga tidak ada bukti yang kuat bahwa ada penulis Perjanjian Lama yang menganut pandangan ini. Beberapa pakar saat ini percaya bahwa walaupun roh selalu dipresentasikan sebagai tenaga ilahi yang bukan pribadi, [tetapi] ada asumsi yang mendasar bahwa roh itu adalah agen yang sadar, yang memberikan kondisi yang di dalamnya kejamakan dalah Keallahan menjadi dapatdibayangkan.”
Apa yang sebenarnya dikatakan Fortman pada kutipannya yang kedua?
The Holy Spirit is usually presented in the Synoptics and in Acts as a divine force or power. But in a few passages the sacred writers leave a vivid impression that for them He was someone distinct from both Father and Son with a distinct personal existence. In both Synoptics and Acts there are traces of the triadic pattern of Father. Son, and Holy Spirit. The clearest expression of this pattern is found in the baptismal formula where Matthew presents the three together as at once a triad and a unity. (The Triune God, p. 15)
[terjemahannya]
“Roh Kudus biasanya dinyatakan dalam Sinoptiks [Injil-Injil] dan dalam buku Kisah sebagai suatu kekuatan atau kuasa ilahi. Tetapi dalam beberapa nats[,] penulis-penulis [teks-teks] kudus memberikan kesan yang jelas bahwa bagi mereka Ia adalah seseorang yang berbeda dari Bapa dan Anak dengan keberadaan pribadi yang dibedakan. Dalam Sinoptik dan Kisah[,] ada jejak-jejak pola tiga serangkai dari Bapa. Putra, dan Roh Kudus. Ekspresi yang paling jelas dari pola ini ditemukan dalam rumus baptisan di mana Matius menyajikan ketiganya bersama sebagai sebuah tiga serangkai dan sebuah kesatuan.”
Jadi, sebenarnya Edmund percaya Tritunggal. Cara kutip Menara Pengawal mengesankan Edmund menolak Tritunggal. Jujurkah Menara Pengawal?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar