Natal yang benar, Christmas, adalah Natal yang benar-benar merayakan Christ-nya (sesuai namanya, Christmas). Nah, dari sini kita sadar bahwa Natal yang hanya menggunakan ikon sinterklas adalah keliru total. Jika ingin merayakan figur Sinterklas, seharusnya dibuat hari lain dan diberi nama Clausmas (istilah saya sendiri), bukan Christmas.
Karena merayakan Yesus, pastinya dengan pujian, penyembahan, dan perenungan karya-Nya, dan kesemuanya ini mustahil dilakukan tanpa kebaktian. Jadi, jika Natal tanpa kebaktian, tetapi dengan berbelanja barang sale di mall, itu berarti Clausmas, bukan Christmas.
Christmas membawa hadiah/anugerah keselamatan dari Allah yang cuma-cuma kepada manusia dan anugerah ini tidak akan bisa pernah rusak atau membusuk.
Clausmas datang membawa hadiah benda fisik yang memberikan kesenangan dengan harga tertentu (walaupun sudah sale, tapi tetap bayar) kepada manusia. Dan benda-benda ini bisa rusak atau hancur membusuk.
"Hal ini memberikan saudara gambaran tentang Natal di Asia dewasa ini. Produk-produk baru dikembangkan agar konsumen membeli secara gila-gilaan di waktu Natal. Rencana pengiklanan telah dimulai pada pertengahan musim panas. Angka penjualan mencapai puncak pada akhir tahun, dengan dukungan semua orang yang membeli hadiah, kartu, dan rekaman musik Natal. Ya, iklan-iklan membuat kebanyakan remaja merasa sengsara kalau ia tinggal di rumah dan tidak mendapat hadiah pada Hari Natal!" (*** w99 15/12 hlm. 5-6 Natal—Mengapa Dirayakan Juga di Asia? ***)
Dalam Christmas, boleh saja berkumpul dengan keluarga, karena kasih kepada Allah akan otomatis terpancar dengan kasih kepada sesama, termasuk keluarga (sesama kita yang terdekat). Tetapi jika sudah mabuk-mabukan, pastinya ini tidak mencerminkan kasih Allah, sehingga tidak mungkin seorang Kristen sejati melakukannya.
Di beberapa daerah yang menyebut diri ‘Kristen’, mereka mabuk-mabukan pada saat Natal. Tentu ini adalah salah besar. Mari kita berdoa agar Tuhan bantu ubahkan pikiran mereka dan segera bertobat, sebelum terus-terusan menggunakan dalih 25 Desember untuk membolehkan tindakan daging.
"Banyak orang yang menanti-nantikan aspek rohani dari Natal dan Tahun Baru mengamati bahwa semangat Kristus justru hilang pada perayaan itu. Sebaliknya, yang ada hanyalah menerima hadiah, dalih untuk menggelar pesta yang bisa jadi disertai perilaku yang tidak menghormati Kristus, atau alasan untuk mengadakan reuni keluarga. Kerap kali, acara semacam itu dirusak oleh satu atau lebih anggota keluarga yang makan dan minum alkohol secara berlebihan, dan perdebatan yang sering memicu kekerasan dalam keluarga. Saudara mungkin mengamati hal itu, atau bisa jadi bahkan mengalaminya sendiri." (*** w05 15/12 hlm. 3 Natal dan Tahun Baru—Sesuaikah dengan yang Diharapkan? ***)
Jika ada Saudara yang merasa tidak nyaman hati nuraninya untuk merayakan Natal, sebaiknya jangan dilakukan saja. Yang penting, apapun kita lakukan, motivasi kita adalah untuk memuliakan Yehuwa.
(Roma 14:5-6) Ada orang yang menilai suatu hari lebih penting daripada hari yang lain; orang lain menilai semua hari sama; hendaklah setiap orang yakin sepenuhnya dalam pikirannya sendiri. Ia yang berpegang pada suatu hari, melakukannya untuk menghormati Yehuwa.
Saudara telah melihat dua kutipan Menara Pengawal yang saya kutipkan, dan jika Saudara sadari, Menara Pengawal hanya selalu mengambil contoh-contoh buruk kejadian pada saat Natal (yang sebenarnya bukan Natal sejati), misalkan komersialisme, pesta pora, mabuk-mabukan, dll.
Sebenarnya yang sedang digambarkan Menara Pengawal adalah Clausmas, bukan Christmas, tetapi dengan tidak jujurnya mereka menggeneralisasikan semua Natal yang benar menjadi Natal yang tidak benar. Rasanya di dunia ini sudah tidak ada orang yang merayakan Natal dengan menghormati Yesus. Rasanya di dunia ini semua orang yang merayakan Natal pasti mabuk-mabukan.
Silakan tiap Saudara menilai apakah jujur tindakan Menara Pengawal yang seperti ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar