(Yohanes 1:1, TDB) | Pada mulanya Firman itu ada, dan Firman itu bersama Allah, dan Firman itu adalah suatu allah. |
(Keluaran 7:1, TDB) | Maka Yehuwa berfirman kepada Musa, ”Lihat, aku menjadikan engkau Allah bagi Firaun, dan Harun, saudaramu, akan menjadi nabimu. |
Dalam Kel. 7:1, Musa dijadikan “allah”, karena "Musa diberi kuasa ilahi dan wewenang atas Firaun" (w04 15/3 hlm. 25). Dengan demikian, maka Musa bukan “allah” dalam makna “Allah yang sejati”.
Apakah Yesus adalah “suatu allah” juga?
Juga, ayat Keluaran 7:1 tersebut menunjukkan bahwa Musa bukanlah “allah” yang “Allah yang sejati”, karena:
- Musa adalah “…Allah bagi Firaun…”, bukan bagi semesta
- dapatkah seseorang diangkat menjadi Allah sejati? Tentu. tidak
Kemudian, bagaimana dengan Yesus?
Ternyata konteks Yoh. 1:1 jauh berbeda dengan Kel. 7:1. Dalam Kel. 7:1, dengan jelas Musa adalah “allah”, dalam arti wakil Allah, bukannya “Allah yang sejati”. Tetapi dalam Yoh. 1:1, dengan jelas Yesus digambarkan sebagai Allah yang sejati, bukannya suatu Allah.
Tepat dua ayat setelah Yoh. 1:1, merupakan klaim yang hanya dapat diterapkan kepada Yehuwa:
(Yoh. 1:3) | Segala sesuatu menjadi ada melalui dia, dan tanpa dia, tidak satu perkara pun menjadi ada. |
(Yes. 44:24) | Inilah firman Yehuwa, Pribadi Yang Membelimu Kembali dan Pembentukmu sejak dalam kandungan, ”Aku, Yehuwa, melakukan segala sesuatu, aku sendiri yang membentangkan langit, menghamparkan bumi. Siapakah yang menyertai aku? |
Jadi, apakah Yesus adalah “suatu allah”, seperti halnya Musa yang disebut “Allah”, karena diberi wewenang ilahi? Tidak. Ikatan kalimat Yoh. 1:1 membuktikan bahwa Yesus adalah “Allah sejati”, yang menantang Menara Pengawal yang percaya ajaran “Pekerja Ahli”, dengan berkata “Siapakah yang menyertai aku?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar