Blog ini tidak dibuat oleh seorang Saksi Yehuwa. Blog ini membahas ajaran Saksi Yehuwa dengan menggunakan publikasi dan Alkitab. Ditujukan kepada siapa saja yang berhati tulus dan ingin memeriksa kebenaran pengajaran Saksi Yehuwa.

Minggu, 05 Juni 2011

Mungkinkah Allah sendiri mengorbankan diri untuk ciptaan-Nya? Mengapa tidak diutus saja salah satu malaikat-Nya? Kan malaikat-Nya banyak

Mungkinkah Allah sendiri mengorbankan diri untuk ciptaan-Nya? Lagipula, bukankah Allah itu Mahakuasa? Jika Allah turun ke bumi, di mana letak kemahakuasaan-Nya? Mengapa Allah harus repot sendiri? Bukankah Allah memiliki banyak malaikat? Mengapa tidak diutus saja salah satu malaikat-Nya?

Mungkinkah? Ya, mungkin saja dan memang sudah seharusnya demikian.

Justru dengan demikian, membuktikan bahwa Allah dalam Alkitab adalah Allah yang benar-benar mengasihi kita. Saudara tidak akan bingung pernyataan ini setelah membaca dua perumpamaan orang tua berikut ini:

“saya mengasihi anak saya, tetapi saya tidak mau repot turun tangan untuk menolong anak saya. Kan saya kaya, saya memiliki banyak pelayan. Jadi jika anak yang amat saya sayangi itu sedang dalam kesusahan, saya suruh saja satu pelayan saya untuk membantunya”.

“saya mengasihi anak saya, dan saya mau repot untuk menolong anak saya, walaupun pelayan saya banyak. Saya rela repot karena saya benar-benar menyayangi anak saya.”

Menurut Saudara, manakah orang tua yang baik: yang pertama atau yang kedua?

Jika Allah tidak rela turun tangan untuk melakukan menyelamatkan manusia dari kebinasaan (ini perkara yang luar biasa serius), lantas, seperti apa Allah kita itu? Rasanya akan konyol jika Allah mengatakan Ia mengasihi kita, tetapi ketika harus berkorban untuk kita, Ia malah mengutus malaikat untuk menderita disiksa, dicambuk, pikul tiang siksaan, dipantek, dimahkotai duri yang merobek kulit kepala: Allah seperti apa itu?

Dalam Tritunggal, kita amat menghargai Allah, karena kita tahu bahwa Allah sendiri turun mengambil wujud manusia dan disiksa sedemikian rupa hanya untuk menyelamatkan kita, ciptaan-Nya.

Pernahkah terpikir mengapa Ia rela melakukan ini semua? Ini semua karena Ia amat mencintai kita (bahkan sebelum kita mencintai-Nya)!

(1 Yohanes 4:19)

Mengenai kita, kita mengasihi, karena dia pertama-tama mengasihi kita.

(Ulangan 33:3)

Ia menyayangi umatnya; Semua pribadi kudus mereka ada di tanganmu. Dan mereka—mereka duduk berbaring pada kakimu; Mereka menerima sebagian dari firmanmu.

Mengenai Kemahakuasaan-Nya, mengapa tidak boleh? Justru kalau kita percaya Allah itu Mahakuasa, apakah itu berarti Allah tidak berkuasa untuk turun ke dalam dunia ciptaan-Nya sendiri?

Apa yang diajarkan Organisasi?

Menara Pengawal mengajarkan bahwa Allah mengutus seorang malaikat, yang bernama Yesus untuk melakukan karya penyelamatan.

w94 15/8 hlm. 12 par. 8

Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”

w07 15/3 hlm. 21 par. 4

Malaikat yang memiliki kuasa dan wewenang terbesar—kepala malaikat—bernama Mikhael, sang penghulu malaikat. (Yudas 9) Ia tidak lain adalah Yesus Kristus.

Ketika membaca buku “Alkitab Ajarkan”, saya menemukan seperti ada usaha untuk tidak menyatakan ini dengan gamblang:

bh psl. 5 hlm. 50 par. 10

Ia mengutus salah seorang putra rohani-Nya yang sempurna ke bumi. Tetapi, Yehuwa tidak mengutus sembarang malaikat. Ia mengutus pribadi yang paling Ia kasihi, yaitu Putra tunggal-Nya.

Menarik: mengapa tidak dengan gamblang dikatakan saja: “Yehuwa tidak mengutus sembarang malaikat. Ia mengutus pribadi MALAIKAT yang paling Ia kasihi, yaitu Putra tunggal-Nya”?

Hal menarik lainnya saya temukan dalam kutipan berikut:

w91 15/2 hlm. 14 par. 15

Allah tidak mengutus seorang malaikat untuk membebaskan umat manusia. Ia membuat pengorbanan terbesar dengan mengutus Putra tunggal-Nya, ”anak kesayangannya”.

APA??? "TIDAK MENGUTUS SEORANG MALAIKAT"??? Bukannya Organisasi mengajarkan bahwa Yesus adalah malaikat Mikhael?

Mari kita mengasihi Allah, karena Ia adalah Allah yang mau repot turun tangan sendiri untuk menebus kita.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Kalau menurut saya, kenapa harus Allah sendiri yang berkorban, itu karena Allah itu Maha Adil dan Maha Pengasih. Maha Adil, karena setiap orang yang bersalah pasti akan dihukum, Maha Pengasih karena Ia tidak rela manusia menderita. Jika Allah langsung menghapuskan dosa umatNya, maka Ia tidak adil, karena yang bersalah tidak dijatuhi hukuman. Setiap orang yang bersalah HARUS mendapatkan hukuman. Perbuatan baik seseorang tidak bisa menghapuskan Dosanya. Seperti seorang Pembunuh tidak bisa menghapuskan kebersalahannya dengan berbuat baik, demikian pula manusia tidak bisa menghapus Dosa dengan berbuat baik.

Sekarang apa akibat dari Dosa?? Akibat dari Dosa adalah MAUT (Rom 6:23, Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.). Nah, untuk mencegah maut itu, maka diperlukan pengorbanan darah. Allah sendiri mengajarkan bahwa hanya Kematianlah yang bisa menebus Dosa, ketika Ia membuatkan pakaian dari kulit hewan untuk Adam dan Hawa (lih Kej 3:21). Sekarang, siapa yang bisa menebus Dosa?? Hanya yang tidak berdosalah yang bisa menebus Dosa. Bila seseorang berdosa, ia harus menanggung akibat dan hukuman dari Dosanya sendiri. Ia tidak bisa menanggung dosa orang lain, sementara ia sendiri masih berdosa. Itulah kenapa, dalam persembahan bakaran untuk menebus Dosa, digunakan Anak Domba yang tidak Bercacat dan tidak Bercela (lih Im 22:21-22,25), karena Anak Domba tersebut melambangkan Kemurnian dan Kesucian.

Karena Allah Maha Pengasih, maka ia merelakan PuteraNya yang Tunggal, untuk menebus Dosa manusia, agar manusia tidak terus-terusan menderita. Kenapa harus Allah sendiri?? Seperti sudah dikemukakan, hanya yang tidak berdosalah yang bisa menebus Dosa. Sekarang, sejak Adam jatuh kedalam Dosa, maka seluruh Manusia juga ikut berdosa. Siapa yang tidak berdosa sekarang?? Hanya Allah sendiri, karena di dalam Dia tidak ada Dosa (lih 1Yoh 3:5-6,9). Itulah kenapa sampai Yesus, yang adalah Allah, harun turun ke Dunia untuk menebus Dosa manusia.