Blog ini tidak dibuat oleh seorang Saksi Yehuwa. Blog ini membahas ajaran Saksi Yehuwa dengan menggunakan publikasi dan Alkitab. Ditujukan kepada siapa saja yang berhati tulus dan ingin memeriksa kebenaran pengajaran Saksi Yehuwa.

Rabu, 03 Agustus 2011

Kata Saksi, Allah juga Bisa Tidak Tahu

Mungkin hanya sedikit dari Saudara yang tahu bahwa salah satu pengajaran yang tidak biasa tentang Allah, yang ternyata diajarkan Saksi: Allah bisa memilih untuk tidak tahu.

g 5/07 hlm. 13

Jika Allah memilih untuk mengetahui segala hal sebelumnya, itu berarti Ia sudah tahu bahwa Adam dan Hawa bakal tidak menaati-Nya bahkan sebelum Ia menciptakan mereka. Tetapi, ketika Allah melarang Adam makan buah ”pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat” dengan sanksi hukuman mati, apakah Allah sudah tahu bahwa Adam bakal memakannya? (Kejadian 2:16, 17) Ketika Allah memberi tahu pasangan pertama itu, ”Beranakcuculah dan bertambah banyak dan penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, tundukkanlah ikan-ikan di laut dan makhluk-makhluk terbang di langit dan segala makhluk hidup yang merayap di bumi,” apakah Ia sudah tahu bahwa prospek kehidupan mereka yang menakjubkan di firdaus telah ditetapkan untuk gagal? Tentu saja tidak.—Kejadian 1:28.

Logisnya, kalau Allah mengetahui sebelumnya semua keputusan, itu berarti Ia bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi—termasuk perang, ketidakadilan, dan penderitaan. Mungkinkah demikian? Jawaban yang jelas diberikan oleh apa yang Allah katakan tentang diri-Nya.

Menara Pengawal mengajarkan bahwa ketika menciptakan Adam dan Hawa, Yehuwa belum tahu bahwa mereka akan jatuh dalam dosa. Namun, apakah Alkitab juga mengajarkan demikian? Ternyata tidak.

PERTAMA, Alkitab mengajarkan bahwa rencana keselamatan sudah ada jauh sebelum itu. kalau berbicara tentang rencana penebusan, pasti karena Allah sudah tahu kalau akan ada pelanggaran dosa.

(Efesus 1:4)

sebagaimana ia telah memilih kita dalam persatuan dengan dia sebelum dunia dijadikan, agar kita kudus dan tanpa cacat di hadapannya dalam kasih.

(1 Petrus 1:19-20)

melainkan dengan darah yang berharga, seperti darah anak domba yang tidak bercacat dan tidak bernoda, yaitu darah Kristus. Memang, sehubungan dengan dia, ini telah diketahui sebelumnya, yaitu sebelum dunia dijadikan, namun dia menjadi nyata pada akhir zaman demi kepentingan kamu

Wah, ternyata Alkitab mengajarkan bahwa rencana besar keselamatan telah diketahui “sebelum dunia dijadikan”. Rencana penebusan dosa dengan darah Yesus pun sudah diketahui ketika itu (Ef. 1:4-7). Jangankan sebelum Adam dan Hawa diciptakan, malahan sebelum bumi ada pun rencana ini sudah ada.

KEDUA, ajaran ini bukannya logis, malahan tidak logis. Bukankah untuk memilih tidak mengetahui sesuatu, maka Ia harus mengetahui apa yang harus dihindari untuk diketahui itu?

Jadi, ternyata Alkitab mengajarkan model Allah yang berbeda kadar ketahuannya dengan model Allah yang diajarkan Menara Pengawal.

Nah, apakah kalau Allah sudah tahu sebelumnya, maka itu berarti Ia bertanggung jawab terhadap dosa-dosa yang terjadi? Saya heran pertanyaan ini masih bisa dilontarkan Saksi. Izinkan zaya bertanya balik dulu: “Apakah Allah itu ada? Jika ada, apakah Allah yang menyebabkan kejahatan terjadi di dunia yang fasik ini?”

Saya yakin tiap Saksi tahu jawaban pertanyaan saya itu, dan pertanyaan saya itu adalah jawaban yang sama untuk menjawab pertanyaan “bukankah kalau Allah sudah tahu sebelumnya, maka itu berarti Ia yang bertanggung jawab?”

Terbukti bahwa Allah memang Mahatahu, termasuk mengetahui dosa kita jauh sebelum kita melakukannya dan Allah mengetahui isi hati kita entah kita setuju bahwa ajaran Menara Pengawal ini benar atau tidak.

Jadi, apakah ajaran yang merendahkan kemahatahuan Allah ini memuliakan Dia?

29 komentar:

Anonim mengatakan...

kalo anda bisa menejemahkan nubuat2 di buku wahyu tanpa melihat buku wahyu klimaksnya maka saya akan berhenti jadi seorang saksi. klo Yehuwa ga memakai badan pimpinan, apa kita akan mau kacau spt sukris yg beda2 ajaran padahal satu aliran? apapun niat anda, jng menjelekan atau menghina ALLAH YEHUWA krn ia yg mencipta anda bung

saksiyehuwa mengatakan...

1) apakah penafsiran kitab wahyu di buku klimaks sudah benar? bisa mohon berikan contohnya?

2) jadi hanya karena supaya tidak kacau saja, kita membutuhkan badan pimpinan?

3) sadarkah bahwa badan pimpinan juga sudah ikut 'meramaikan' kekacauan dalam 'kekristenan'? ada aliran baptis, reformed, karismatik, Saksi Yehuwa, mormon, dll?

4) saya sama sekali tidak menghina Allah Yehuwa. Allah Yehuwa adalah satu-satunya Allah yang saya sembah dan saya kasihi. namun ada pihak yang mengatasnamakan organisasinya (padahal jelas-jelas tidak mengajarkan kebenaran-Nya) dan kerinduan saya adalah untuk memberitahukan hal ini kepada Sdr melalui diskusi-diskusi yang baik

Anonim mengatakan...

Allah bukan tidak tahu kemungkinan yg terjadi pada pasangan manusia pertama untuk memberontak, karena manusia diciptakan dalam gambar Allah yg berarti memiliki sifat2 yg dimiliki Allah, termasuk sifat kasih tentu dalam kadar tertentu -kej 1 : 26. Allah memberi hak kebebasan memilih pada manusia, sehingga manusia tidak spt robot. tetapi dalam kisah manusia pertama ini Allah ingin mengetahui ketaatan seberapa jauh kasih manusia pertama ini merespek terhadap hak kewenangan yg dimiliki Allah. Dan manusia ternyata salah pilih!!

Satu hal lg spt ditulis di 1yoh 4 : 8 yg mengatakan : "Allah adalah kasih", kalo Allah itu kasih (definisi kasih bisa dilihat pada 1kor 13 : 4-7), coba perhatikan ayat 6, disitu ditulis "kasih tidak bersukacita akan ketidakadilan, tetapi karena kebenaran", jadi sungguh tragis jika Allah yg sifat utamanya kasih yg tahu sesuatu yg buruk bakal menimpa ciptaan-Nya dan membiarkannya terjadi, sungguh tidak adil!!
sebagai ilustrasi :
apakah jika anda seorang bapak yg memiliki anak, dan anda tahu bahwa anak anda bakal celaka kalo bermain disekitar kabel putus ber-arus listrik tinggi,anda membiarkannya bermain disitu?????

kalo anda saja yg manusia tidak sempurna tahu akan hal buruk bakalan terjadi, tentu anda tidak membiarkan anak anda bermain ditempat yg berbahaya itu kan??, nah apalagi Allah?? dimana logika anda???

bagaimana mungkin Allah merencanakan hal jahat?? kalo ada Allah spt itu saya dengan tegas tidak akan menyembahnya!! coba baca yakobus 1 : 13(bandingkan : amsal 8:5-12), perhatikan, disitu tertulis bahwa Allah tidak dapat dicobai hal2 yg jahat (apalagi merencanakan kejahatan), dan dia tidak mencobai siapapun!!!, perhatikan ayat selanjutnya yaitu 14 - 17 masih di buku & pasal yg sama. anda bakal tahu sudut pandang yg benar tentang Allah .

coba perhatikan kisah ayub, baca baik2 dan perhatikan siapa biang kerok dari semua kejahatan & penderitaan di bumi. sebenarnya masih banyak yg ingin saya tulis, tp media ini sangat terbatas utk dpt menjelaskan.

mohon maaf sebelumnya, saya sudah membaca hampir sebagian besar blog ini, saya menghargai upaya anda dalam mencari kebenaran, tp hasil riset anda diblog ini sangat dangkal & dipaksakan, anda terlalu menyoroti potongan2 kecil alkitab dan mengabaikan semua fakta2 yg ditulis dlm kitab2 lain dalam alkitab, dan anda secara gegabah sudah berani menyimpulkan, seolah2 itu semua gambaran besar isi alkitab

Anonim mengatakan...

Maaf, saya tidak setuju dengan prnyataan Anda...
Allah ttp MahaTahu, Dia tau jika Adam dan Hawa akn jatuh, dan mengapa Dia masih menciptakan mereka? Dia tahu Anda lahir akan mati, dan ada 2 jalan ntarnya, kenapa Dia masih mengizinkan Anda lahir?
Jangan lupa bahwa Tuhan tidak memaksa kehendak kita!!! Pikirkan mengapa Allah mengizinkan iblis untuk menggoda kita? Dia bisa saja tidak mengizinkannya agar Adam dan Hawa tetap hidup dalam kekudusan..
Jadi, Allah tahu bahwa Adam dan Hawa akan jatuh, tetapi Dia tetap menciptakan mereka karena Allah juga rindu kita untuk memuliakanNya... Toh akhirnya Dia mengirimkan Sang Juruselamat untuk memulihkan hubungan Allah dan manusia...
Jadi, jangan mencoba membaca pikiran Tuhan dengan logika sendiri, logika Tuhan jauh melebihi kita termasuk tujuan mengapa Dia menciptakan Adam dan Hawa... Alasan yg saya kemukakan itu hanya alasan kecil yg tidak sebanding dengan alasan dari Allah...
Allah kami MahaKuasa, MahaTahu, ga ada yang tidak bisa diperbuat, itu yang kami yakini,, tidak seperti iman Anda terhadap Yehuwa

Anonim mengatakan...

Hanya Saksi Yehuwa yang mengikuti kata-kata Yesus di Yohanes 17:17 :"
17:17 Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran." Bisakah anda memberi contoh agama lain yang mengikuti kata-kata Yesus di atas?

saksiyehuwa mengatakan...

Kekristenan pada umumnya juga mengakui diri mengajarkan firman Allah, bahkan juga ajaran Mormon.
kalau kita mencari 'yang mengaku mengajarkan firman' itu gampang sekali dan kebanyakan akan mengakui demikian. tetapi, marilah kita cari tahu siapa yang mengajarkan firman DENGAN BENAR :)

saksiyehuwa mengatakan...

Dear Sdr. Anonymous, saya bukanlah Saksi Yehuwa dan saya pribadi tidak setuju dengan ajaran Saksi tersebut. jika diperhatikan dengan saksama, isi tulisan saya di atas malahan berisi alasan mengapa ajaran Saksi Yehuwa dalam hal tersebut adalah keliru.
saya tidak setuju dengan Saksi Yehuwa, dan saya pribadi memang percaya bahwa Allah MahaTahu sebelum manusia pertama jatuh dalam dosa.

saksiyehuwa mengatakan...

terima kasih untuk komentarnya. saya sangat hargai itu.
bisa tolong tunjukkan di mana letak kedangkalan dan betapa maksanya hasil riset dalam blog ini? mohon ditunjukkan.... saya sudah sering dikatai demikian, namun sedikit sekali yang berusaha menunjukkan hal tersebut kepada saya
dan juga mohon ditunjukkan di mana letak pengabaian "semua fakta2 yg ditulis dlm kitab2 lain dalam alkitab"?
juga di mana saya telah "secara gegabah sudah berani menyimpulkan, seolah2 itu semua gambaran besar isi alkitab".
mohon ditunjukkan....

untuk komentar Sdr, akan saya tanggapi khusus dalam bulan ini juga, karena saya sudah ada janji untuk membahas khusus komentar pembaca lain. saya akui bahwa komentar Sdr ini luar biasa baik dan bagus sekali.
akan saya post kan linknya di sini setelah saya mempost bahasannya.

terima kasih untuk komentarnya dan saya menantikan Sdr menunjukkan di mana letak kedangkalan hasil riset saya.

Anonim mengatakan...

Allah MahaTahu,,
Apakah ketika Ia menciptakan Yesus sejak awal Ia Tahu bahwa yesus akan akan memilih untuk jd Juru Selamat??
Apakah Sejak awal Ia menciptakan malaikat Ia sudah tahu bahwa salah satu di antara nya akan memberontak menjadi Setan Si Iblis..??
apakah Sejak awal Ia menciptakan manusia yg serupa dgn NYA Ia tahu bahwa nanti nya manusia akan jatuh ke dalam dosa..?
TUHAN menciptakan mereka dgn keinginan sdr dan mencerminkan Rupanya..
Jadi manusia,Yesus,Setan bisa memilih.
jadi Ketika sejak diciptakan kita punya hak untuk memilih.
"Allah adalah kasih"
Apakah Allah selalu menggunakan KeMahaTahuan Nya setiap saat,
Itu yg menjadi pertanyaan anda bukan?
Ia menggunakan keMahaTahuan Nya itu dgn Kasih.
Saya tidak Tahu Apakah Tuhan menggunakan keMahaTahuan nya itu, karena Saya tdk bisa, Saya hanyalah debu di HADAPANNYA.
tapi yang saya tahu Ia adalah Kasih, jd Saya yakin Tuhan menciptakan semua Nya dgn Kasih.
Mungkin anda Bisa berpikir dgn ilustrasi ini.
Ilustrasi nya adlah, saya adalah Bolt seorang Pelari Tercepat (Sprinter) di Dunia, Saya bisa menempuh 100 m dlm waktu 9,58 detik,
ketika pulang Gym ke rumah yg berjarak 100 m dr Gym, apakah saya akan berlari padahal Saya bisa berjalan.
Saya memilih untuk berjalan!
Saya tidak menggunakan kemampuan saya itu bukan....
Anda tentu bisa berpikir kenapa Saya berjalan!

Allah adalah KASIH. dan bahkan KASIH itu sendiri.

Ketika Anda mempertanyakan KeMahatahuan Allah, Anda berarti mempertanyakan Iman anda sendiri dan mempertanyakan kepercayaan dan mempertanyakan Allah itu sendiri?

Saya mengutip kata22 dr teman22 di atas..
Jadi, jangan mencoba membaca pikiran Tuhan dengan logika sendiri, logika Tuhan jauh melebihi kita termasuk tujuan mengapa Dia menciptakan Adam dan Hawa.

saksiyehuwa mengatakan...

BAGIAN I

sebelumnya, saya mau minta maaf karena semula saya janjikan untuk khusus membahasnya dalam tulisan yang terpisah, namun saya batalkan, karena masih memungkinkan untuk dijelaskan lewat komen.

berikut adalah perbedaan antara saya, Saksi Yehuwa, dan Sdr yang saya temukan. Mohon koreksi saya jika saya salah tangkap.

A. saya: Allah tahu bahwa manusia akan jatuh dalam dosa, Allah membiarkan kejahatan, Allah TIDAK jahat
B. SY: Allah TIDAK tahu bahwa manusia akan jatuh dalam dosa, Allah membiarkan kejahatan, Allah TIDAK jahat
C. Saudara: Allah TIDAK tahu bahwa manusia akan jatuh dalam dosa, Allah membiarkan kejahatan, Allah jahat

sebelumnya saya ingin mengatakan bahwa Sdr sama sekali tidak menjawab semua ayat bukti yang saya lontarkan.

1. Sdr mengatakan bahwa Allah tahu kemungkinan berdosa, tetapi sisi lain, Allah memilih untuk tidak tahu? nah, bagaimana bisa seperti itu? tahu, tapi memilih untuk tidak tahu?

"sungguh tragis jika Allah yg sifat utamanya kasih yg tahu sesuatu yg buruk bakal menimpa ciptaan-Nya dan membiarkannya terjadi, sungguh tidak adil!!"

2. kalau begitu kenapa Allah tidak menciptakan manusia yang seperti robot, yang tidak bisa salah, sehingga kelak tidak akan jatuh dalam dosa? bukankah akan lebih baik seperti itu?
kalau manusia tidak bisa dosa, bukankah akan makin terbukti bahwa Allah "tidak bersukacita akan ketidakadilan"?

3. sebenarnya, Allah tahu ketidakadilan akan terjadi, SAMA SEKALI TIDAK BERARTI Allah senang akan terjadinya hal itu. Allah tidak senang kita jatuh dalam dosa.

4. membiarkannya terjadi, itu sama sekali tidak masalah. ketika terjadi, maka akan memberikan akibat kepada kita. ini benar-benar adil, manusia pertama memilih untuk memberontak, dan mereka harus menanggung akibatnya (terpisah dari Allah). apakah ini tidak adil? justru amat adil, karena menanggung buah akibat perbuatan mereka sendiri.

5. kalau Allah sekarang membiarkan manusia jatuh dalam dosa, apakah artinya Allah tidak adil?

saksiyehuwa mengatakan...

BAGIAN II

6. jika saya tahu, tentu saya tidak akan bermain di situ. namun, Alkitab mengatakan bahwa kadang akan terlihat seperti pertimbangan manusiawi kita berbeda dengan pertimbangan Allah. hal ini karena cara pikir Allah lebih tinggi dari kita (Yesaya 55:8-9)

nah, kalau sudah begini, apakah kita berani menghakimi Allah? saya pribadi tidak berani. yang saya percayai adalah Dia Mahabijaksana dan saya hanya menurut saja kepada Allah.

bayangkan saja kalau jutaan orang Kristen di berbagai negara yang ditindas berseru kepada Allah "Allah, kamu ini bodoh ya? gereja kami dibakar, kami dikejar-kejar; kenapa kamu biarkan kami menderita seperti ini?"

kemudian Allah menjawab "kamu itu umatku bukan? belum pernah baca Mat. 5:10-11, ya? baca apa kamu selama ini? di ayat itu terbukti bahwa perkara tragis akan menghampiri orang yang kenal Tuhan, tapi ini semua agar imanmu teruji dan kamu pantas kubanggakan. mau jadi Kristen dan jalan mulus? itu bukan ciri anakku."

7. Allah tidak pernah merancangkan kejahatan. Jika Sdr percaya bahwa Allah adalah Mahabijaksana, maka Sdr HARUS percaya kalau semua yang dirancangkan Allah itu BAIK ADANYA.

kalau Sdr bilang Allah jahat, maka itu berarti Sdr adalah standar kebenaran, bukannya Allah lagi.

8. Allah memang tidak mencobai, tetapi IA MENDISIPLIN kita. Disiplin Allah itu tidak enak, tetapi mendatangkan kebaikan buat kita (Ibr. 12:5-8). apakah Sdr mau menyembah Allah yang mendisiplin Sdr? atau hanya mau menyembah Allah yang memberi kenyamanan kepada Sdr?

(Ibrani 12:8) Tetapi jika kamu tidak menerima disiplin yang juga diperoleh semua orang, kamu benar-benar anak haram, dan bukan putra.

9. kalau manusia jatuh dalam dosa, Allah tetap saja tidak dapat dipersalahkan. karena Allah tidak menyuruh manusia melakukan dosa (malahan melarangnya). yang salah adalah manusia dan sang penggoda itu.

Saya juga amat setuju bahwa "Allah tidak mencobai".

10. mengenai Ayub, jangan lupa bahwa sebelumnya Setan MINTA IZIN dulu ke Allah, dan ALLAH MENGIZINKAN (Ayub 1).

jahatkah Allah mengizinkan?

nb: maaf pakai huruf kapital, karena di komen tidak ada pilihan bold atau italic

Anonim mengatakan...

bag 1.
maksud saya, dari uraian saudara diatas yg saya tangkap adalah, kalo Allah tahu bahwa pada akhirnya manusia yg sebelum diciptakan bakalan berdosa ,sengsara & mati, berarti itu sama saja Allah merancang hal yg jahat pada manusia yaitu untuk sengsara & mati, dengan kata lain Allah penyebab kesengsaraan manusia.

ini sama saja ada seorang insinyur yg merancang bangunan untuk yg sudah pasti runtuh dulu lalu baru nanti kalo sudah runtuh & jatuh korban jiwa, baru dikasih formula kontruksi bangunan yg benar2 kokoh, kan ini "gendheng" (gila) namanya.

jadi perumpamaan saya tentang seorang anak bermain di dekat kabel listrik yg tentu bukan unsur kesengajaan orang tua hingga anak bermain dekat kabel listrik, maka ketika orang tua melihat sang anak bermain diarea berbahaya tadi, tentu sang orang tua akan segera mengamankan anaknya bukan?
dari ilustrasi tsb yg hendak saya tunjukan adalah betapa kita orang tua manusia tidak ingin anak2nya celaka, dan terlebih-lebih jika kita orang tua sudah tahu bahwa ada bahaya listrik yg bakal mencelakakan anak kita dan secara sengaja malah menaruh anak kita bermain didaerah berbaya tsb supaya memang tersengat listrik, ini kan "gendheng" kalo ada yg bilang bahwa Allah tahu bakalan kita celaka, tapi tetap saja Allah menciptakan kita manusia.

Meskipun apa yg manusia pikirkan itu tidak sebanding dengan pikiran Allah, tp kita diciptakan segambar dengan Allah, yg berarti kita memiliki hal2 yg sama yg dimiliki Allah, yaitu : sifat kasih, keadilan, dsb termasuk menilai sesuatu, meskipun dalam kadar yg berbeda.

jadi saya bukan mengatakan Allah kehilangan Ke-Maha Tahuan-Nya, dan bukannya Dia tidak menyadari kemungkinan yg bakal terjadi, tapi Allah "membiarkan" tepat spt kata anda yaitu memberinya hanay satu larangan & Allah baru ingin tahu, & mencari tahu seberapa besar kasih manusia kepada-Nya setelah manusia pertama ini diberikan segala hal yg baik, spt makanan yg berlimpah, berada ditaman yg menyenangkan, diberi pekerjaan yg baik, diberi pasangan hidup dsb. memang saya sadar bahwa Allah bisa membaca pikiran dan hati serta bisa melihat kejadian kedepan, tapi jelas di kitab kejadian belum ada nubuat apapun pada waktu penciptaan manusia selesai kecuali nubuat utk beranak cucu & memenuhi bumi. Baru setelah manusia jatuh dlm dosa karena pilihannya sendiri, barulah Allah menubuatkan keselamatan yaitu menjanjikan benih yg meremukan kepala ular.

kisah abraham di kej 22 : 11,12, Allah tidak tahu seberapa besar ketaatan abraham pada Allah, lalu kefasikan yg berkembang di Sodom dan Gomora, Yehuwa memberi tahu Abraham tentang keputusan-Nya untuk menyelidiki (melalui para malaikat-Nya) guna ”melihat apakah mereka benar-benar bertindak sesuai dengan keluhan tentangnya yang telah sampai kepadaku, dan jika tidak, aku dapat mengetahuinya”. (Kej 18:20-22; 19:1)

Anonim mengatakan...

bag.2

jadi sebenarnya Allah menggunakan kuasa untuk mengetahui sesuatu sebelumnya secara selektif berarti bahwa Allah dapat memilih untuk tidak secara membabi buta mengetahui sebelumnya semua hal yang akan dilakukan makhluk ciptaan-Nya di masa depan. Hal itu berarti bahwa, seluruh sejarah sejak penciptaan bukanlah sekadar penayangan ulang dari apa yang sudah dilihat dan ditetapkan sebelumnya, melainkan, Allah dengan penuh ketulusan hati dapat menaruh di hadapan pasangan manusia pertama prospek kehidupan abadi di bumi yang bebas dari kefasikan. Dengan demikian, instruksi-Nya kepada putra dan putri manusia-Nya yang pertama untuk menjadi sarana-Nya yang sempurna dan tanpa dosa demi memenuhi bumi dengan keturunan mereka dan menjadikannya suatu firdaus, maupun untuk berkuasa atas binatang, dapat diungkapkan sebagai karunia berupa hak istimewa yang benar-benar pengasih dan sebagai keinginan-Nya yang tulus terhadap mereka—bukan sekadar pemberian tugas yang, di pihak mereka, sudah ditakdirkan akan gagal. Ujian yang Allah adakan melalui ”pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat” dan diciptakan-Nya ”pohon kehidupan” di taman Eden juga akan menjadi tidak berarti atau merupakan tindakan sinis seandainya Ia sudah mengetahui sebelumnya bahwa pasangan manusia itu akan berbuat dosa dan tidak pernah dapat makan dari ”pohon kehidupan”

Sebagai gambaran, kemahakuasaan Allah tidak disangkal lagi adalah sempurna dan karena itu, kesanggupan-Nya tidak terbatas. (1Taw 29:11, 12; Ayb 36:22; 37:23) Namun, kekuatan-Nya yang sempurna tidak menuntut Dia untuk sepenuhnya menggunakan kemahakuasaan-Nya, dalam suatu atau semua hal. Ia jelas tidak berbuat demikian; andaikata begitu, tidak hanya kota-kota kuno tertentu dan beberapa bangsa yang telah dibinasakan, tetapi bumi dan segala isinya sudah lama lenyap karena pelaksanaan penghakiman Allah, yang disertai manifestasi yang perkasa dari ketidaksenangan dan kemurkaan, seperti pada waktu Air Bah dan pada peristiwa lainnya. (Kej 6:5-8; 19:23-25, 29; bandingkn. Kel 9:13-16; Yer 30:23, 24.) Dengan demikian, penggunaan keperkasaan Allah bukan sekadar pelampiasan kuasa yang tak terbatas melainkan selalu dikendalikan oleh maksud-tujuan-Nya dan, apabila layak, diimbangi oleh belas kasihan-Nya.—Neh 9:31; Mz 78:38, 39; Yer 30:11; Rat 3:22; Yeh 20:17.
Demikian pula, jika, dalam hal-hal tertentu, Allah memilih untuk menggunakan kesanggupan-Nya yang tak terbatas untuk mengetahui sesuatu di muka secara selektif dan sampai taraf yang menyenangkan Dia, tentu tidak ada manusia atau malaikat yang berhak mengatakan, ”Apa yang kaulakukan?” (Ayb 9:12; Yes 45:9; Dan 4:35) Karena itu, masalahnya bukanlah kemampuan, apa yang dapat Allah lihat, ketahui, dan tetapkan sebelumnya, sebab ”bagi Allah semua perkara mungkin” (Mat 19:26), melainkan apa yang Allah anggap patut untuk dilihat, diketahui, dan ditetapkan sebelumnya, karena ”dia melakukan segala sesuatu yang disenanginya”.—Mz 115:3.

saksiyehuwa mengatakan...

Untuk komentar Sdr. Anonym pada 14 Agustus 2011 10:41, sudah saya bahas di
http://www.saksiyehuwa.org/2011/08/komentar-pembaca-alasan-mengapa-allah_24.html

Anonim mengatakan...

Maaf kalau sedikit menyimpang dari tema diskusi..

SATU HAL YANG SAYA BINGUNG DARI SaksiYehova.. kenapa kok menginjili orang kristen yang sudah terima Yesus sebagai Juruselamat .. kenapa tidak menginjili orang islam yang belum mengenal Tuhan Yesus.., apa kalian takut..? Tolong Jelaskan sejelas jelasnya.. trims..

SAYA LASKAR KRISTUS..

saksiyehuwa mengatakan...

Sdr. Anonymous, terima kasih untuk komentarnya, walaupun agak sedikit menyimpang, tapi saya sangat hargai itu :)

Saksi mungkin lebih cenderung untuk menginjili orang Kristen karena lebih gampang diajak diskusi karena telah memiliki kesamaan kepercayaan akan Alkitab (walaupun Saksi percaya Alkitab + publikasi mereka), tapi mereka juga tetap menginjili yang non Kristen

saksiyehuwa mengatakan...

Dear Sdr. Anonymous, maaf lama jawabnya, karena saya akhir-akhir ini sedang sibuk dan komentar Sdr panjang sekali, jadi saya minta maaf untuk keterlambatannya. saya lebih cepat untuk mengomentari komentar-komentar yang pendek.

BAGIAN I

1. tentang ilustrasi, maksud Saudara adalah "kalau ada yang bilang bahwa Allah tahu bakalan kita celaka, tapi tetap saja Allah menciptakan kita manusia", saya mengundang Saudara untuk membaca Roma 9:20-21.

2. Saudara mengatakan "kita juga menilai sesuatu, meskipun dalam kadar yang berbeda". ya benar sekali, dan masalahh inilah salah satu contoh akibat kadar penilaian kita yang berbeda dengan penilaian agung Allah. bagi kita ini adalah rencana kecelakaan, bagi Allah ini adalah rencana yang mendatangkan kemuliaan bagi-Nya.

3. Saudara mengatakan "bukannya Dia tidak menyadari kemungkinan yang bakal terjadi". kalau Dia tahu kemungkinan yang akan terjadi, bukankah berarti Ia tahu bahwa Adam dan Hawa (setidaknya) mungkin berdosa?

4. Saudara baik sekali dengan menyadari bahwa "Allah bisa membaca pikiran dan hati serta bisa melihat kejadian kedepan". Jika Allah bisa membaca hati Saudara, tentu Dia juga bisa membaca pikiran dan hati manusia pertama dan melihat ke kejadian ke depannya, bukan?

5. Saudara, tidak segala sesuatu perlu dinubuatkan sebelumnya. Allah tidak pernah menubuatkan bahwa akan ada orang menindas umat Allah yang akan bertobat dan menulis mayoritas PB, bukan? apa itu berarti Allah tidak tahu kalau akan ada figur Paulus?

Jadi, ada tidaknya nubuat, menurut saya, tidak terlalu bermasalah. jadi, kalau tidak dinubuatkan, tidak berarti Allah tidak tahu.

tidak semua yang Allah tahu harus Ia nubuatkan.

saksiyehuwa mengatakan...

BAGIAN II

1. Tentang Sodom-Gomorrah , Allah dikatakan seperti ingin memastikan apakah orang-orang di sana sejahat itu.
Apakah sampai Allah sendiri ingin turun karena Ia tidak tahu seberapa jahat orang di sana? Jika kita sampai bertanya seperti ini, maka kasihan sekali Allah kita. Ternyata yang tidak dapat melihat jelas dari surga, sehingga harus turun.

Jadi, mengapa Allah sendiri sampai ingin turun, padahal Ia tahu? Untuk menjalankan rangkaian hukumannya terhadap kota fasik itu. Dengan Ia turun ke bumi dan melihat langsung betapa fasiknya manusia di sana, Ia memberikan hukuman kepada kota itu. Nah, mungkin Saudara bertanya: kalau hanya mau menghukum, buat apa kok repot sekali harus sampai turun?

PERTAMA, terserah Allah mau seperti apa cara menghukumnya; mau langsung dari surga boleh, mau turun dulu, boleh.
Janganlah kita mengatur Allah.
KEDUA, dengan Allah sendiri yang mau turun, menunjukkan betapa Allah amat peduli dengan manusia dan dosa. (Yang percaya Tritunggal amat mengerti hal ini, karena Allah sendiri [bukan dengan perantaraan malaikat] turun dalam wujud manusia untuk menyelamatkan manusia)

2. Tentang Abraham, kalau Allah tidak tahu seberapa besar ketaatannya Abraham, maka ini bahaya sekali, karena akan berarti Yehuwa tidak dapat membaca hati Abraham (untuk mengetahui kesetiaan-Nya). Sudah Allah (katanya) tidak tahu Adam akan jatuh dalam dosa, sekarang Allah yang tidak tahu isi hati Abraham; Allah mahatahu macam apa itu? Bukankah Ia adalah Allah yang dapat membaca hati semua orang?

”... Engkau, oh, Yehuwa, yang mengetahui hati semua orang...." (Kisah 1:24, juga 15:8; 1 Taw. 28:9; Yer. 11:20)

Nah, jadi Allah meyuruh Abraham menyembelih Ishak bukan karena Ia tidak tahu seberapa besar iman Abraham, melainkan untuk melihat demonstrasi iman yang besar, dan dengan ilham Roh Kudus, kisah nyata ini dapat dicatat dalam Alkitab dan memberi manfaat bagi pengikut Allah pada segala masa.

saksiyehuwa mengatakan...

BAGIAN III

3. Untuk menentukan perkara mana yang ingin tidak diketahui, kita harus mengetahui perkara tersebut bukan? :)

4. Allah tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan? Wah, agak berbeda ya dengan Yes. 46:10

5. kelihatannya Saudara kurang paham mengenai sifat hakikat dan kemauan Allah. singkatnya begini:
- hakikat Allah: yang mau tidak mau, Ia akan berlaku demikian, misalkan Allah penuh kasih, Allah jujur-tidak bisa bohong
- kemauan Allah: armageddon datangnya nanti, bukannya 1975 (bisa saja armageddon bahkan sekarang, namun Allah memilih waktu-Nya sendiri), namun Allah TIDAK dapat memilih untuk "membatasi kekudusannya dengan satu kali saja bohong"
Yang Saudara contohkan adalah "kemauan Allah", sedangkan yang kita bicarakan sekarang adalah "hakikat [kemahatahuan] Allah."

6. apakah Allah memilih untuk tidak tahu karena ”dia melakukan segala sesuatu yang disenanginya”? sama sekali tidak. Allah tidak bisa memilih untuk mengingkari hakikat kemahatahuannya. Ia adalah Allah yang tahu masa depan, termasuk pada saat menciptakan Adam, Ia tahu masa depan pada saat itu (bahwa mereka akan jatuh dalam dosa).

Yang "dia melakukan segala sesuatu yang disenanginya" menunjuk pada "kemauan Allah", bukannya "hakikat Allah".

kalau Allah ingin berbohong, apakah Dia bisa? kan ”dia melakukan segala sesuatu yang disenanginya”.... ternyata tidak.... untuk perkara "hakikat Allah", Ia tidak dapat berbuat yang lain selain itu.

(Titus 1:2) .... Allah yang tidak dapat berdusta,

Anonim mengatakan...

Dunia apa yang rasul Paulus maksudkan ketika ia berkata, ”[Allah] telah memilih kita dalam persatuan dengan dia sebelum dunia dijadikan”?

2 "macam" Dunia:

1. Dunia Sebelum Adam dan Hawa Jatuh dalam Dosa.(Tidak perlu kelapasan)

2. Dunia Setelah Adam dan Hawa Jatuh dalam Dosa.(Perlu kelepasan)

Berikut penjelasannya:
1. Dunia yang Paulus maksudkan di ayat ini bukanlah dunia yang Allah mulai ketika ia menciptakan Adam dan Hawa. Dunia itu ”sangat baik”—benar-benar bebas dari dosa dan kefanaan. (Kejadian 1:31
Dunia tersebut tidak membutuhkan ”kelepasan” dari dosa.—Efesus 1:7.


2.Dunia yang Paulus maksudkan ini adalah dunia yang ada setelah Adam dan Hawa memberontak di Eden—dunia yang sangat berbeda dengan dunia yang semula Allah maksudkan. Itu adalah dunia yang dimulai dengan anak-anak Adam dan Hawa. Dunia itu terdiri dari orang-orang yang terasing dari Allah dan yang diperbudak dosa dan kefanaan. Itu adalah dunia manusia yang, tidak seperti Adam dan Hawa yang sengaja berbuat dosa, dapat ditebus.—Roma 5:12; 8:18-21.



Allah Yehuwa dalam sekejap sanggup menangani situasi yang diakibatkan oleh pemberontakan di Eden. Segera setelah timbul kebutuhan, Ia menetapkan di muka suatu lembaga khusus—Kerajaan Mesianik di tangan Yesus Kristus—yang akan Ia gunakan sehubungan dengan penebusan umat manusia dari dosa Adam. (Matius 6:10) Allah melakukan ini ”sebelum dunia” umat manusia yang dapat ditebus itu ”dijadikan”, yakni sebelum si pemberontak Adam dan Hawa menghasilkan keturunan.

jadi penjelasan Anda atas ayat
Ef 1:4 tidak tepat dan otomatis sanggahan Anda KELIRU...

saksiyehuwa mengatakan...

ada dua makna "dunia":
1. bola bumi

2. manusia setelah kejatuhan

Sdr mengatakan bahwa tidak mungkin "dunia" di sini bermakna yang pertama, karena pada awal penciptaan, dunia sudah sangat baik dan tidak membutuhkan kelepasan.

saya setengah setuju dengan Sdr. saya percaya bahwa pada awal penciptaan, bola bumi ini adalah ciptaan yang "sangat amat baik" dan tidak membutuhkan kelepasan. namun hebatnya Allah, Ia mampu melihat hal-hal yang akan terjadi di masa depan. Ia tahu bahwa bumi yang "sangat amat baik" ini akan dikotori dosa. Iapun merancangkan skenario penyelamatan manusia, pada jauh hari sebelum manusia jatuh ke dalam dosa.

penjelasan ini rasanya tidak ada masalahnya kalau kita memaknai "dunia" dengan makna pertama.

hal ini didukung juga oleh ayat referensi dalam Alkitab TDB Sdr.
- Ef. 1:4, menunjuk ke 1 Pet. 1:20
- 1 Pet. 1:20 menunjuk ke Yoh. 17:5 dan Ef. 1:4

mari kita lihat "dunia" dalam Yoh. 17:5 ini menunjuk ke "penciptaan bola bumi" atau "manusia setelah berdosa"

(Yohanes 17:5) Maka sekarang engkau, ya, Bapak, muliakanlah aku di sisimu dengan kemuliaan yang kumiliki di sisimu sebelum dunia ada.

menurut Sdr, kata "dunia" di sini menunjuk ke yang mana?
(1)"penciptaan bola bumi"
(2)"manusia setelah berdosa"

nb: makna "dunia" di Ef. 1:4 dan Yoh. 17:5 pastinya sama (makanya dihubungkan oleh Alkitab TDB Sdr. kalau maknanya berbeda, berarti Alkitab TDB Sdr mungkin keliru menghubungkannya)

saya rasa asumsi Sdr kurang tepat. Sdr berasumsi (mohon koreksi jika saya salah) "tidak mungkin ada rencana penyelamatan ketika dunia diciptakan dengan begitu sempurnanya".

Namun, Allah kita adalah Allah yang mampu melihat jauh ke depan. Ia adalah Allah atas masa depan. jadi Ia merencanakan semuanya sejak kekekalan, jauh sebelum suatu kejadian terjadi.

Anonim mengatakan...

Maaf saya baru baca bahwa anda me-Reply koment ini...

setahu saya referensi dlm TDB tidak selalu memaksudkan 'sama dengan', bisa juga sebagai 'Pembanding'. dan sy tidak heran akan hal tsb.

anda tinggal di Indonesia?
jika iya, tentu anda kenal dg produk 'Speedy home monitoring'/ sy singkat SHM
(maaf sy sebut merk, agar mudah utk membayangkannya). SHM berfungsi utk mengawasi rumah/lokasi dr jauh dg teknologi internet.

katakanlah sdr. A akan berlibur ke bali. merasa was2 akan rumahnya yang ditinggal di jakarta, A memilih utk memasang SHM, utk mengawasi rumah yg ditinggal tsb sewaktu ia ada di bali.

dlm hal sdr. A ini,
apakah A bisa memilih utk tidak tau?
atau memilih utk sesekali saja mengecek rumahnya dg SHM?
atau apakah dia akan mengecek 24 jam dalam sehari=selalu tahu apa yg terjadi dg rumahnya?
bagaimana dg tujuan awalnya yaitu berlibur jika ia selalu mengecek rumahnya 24 jam?

anda pikirkan dan renungkan itu ya...:)
semoga pikiran anda dibukakan...

Anonim mengatakan...

komentar Anda :
"Ia tahu bahwa bumi yang "sangat amat baik" ini akan dikotori dosa...."

kalau sy coba tambahkan berarti Yehuwa sudah tahu nantinya akan ada:
-kejahatan
-perbuatan amoral
-penindasan dan penderitaan yang diakibatkannya
-dusta dan kemunafikan
-ibadat palsu dan penyembahan berhala
-
-dan seterusnya

padahal Yakobus menunjukkan bahwa kekacauan dan hal-hal keji lainnya tidak berasal dari hadirat surgawi Allah tetapi berasal dari ’bumi, bersifat binatang, berkaitan dengan hantu-hantu’.
baca Yak 3:14-18.

apakah mungkin Allah tahu sebelumnya?
jika mungkin berarti bertentangan dg Yakobus yg adalah bagian dari Firmannya sendiri? kecuali kalau anda dpt membuang Yakobus.

renungkan ya...:)
semoga Anda cepat bertobat deh...:)

Anonim mengatakan...

NB :
saya percaya bahwa Yehuwa adalah Allah masa depan, tapi seperti ilustrasi di atas 'kemahatauannya' tsb digunakan secara selektif...

itu yang lebih masuk akal dan berterima.

saksiyehuwa mengatakan...

1.kalau yang disebut "pembanding" ternyata berbeda jauh dengan yang diharapkan, apakah "pembanding" itu benar-benar "pembanding"? tapi hal ini tidak saya permasalahkan
2.kalau begitu, Allah tidak pantas untuk disebut Mahatahu, karena Ia hanya akan Mahatahu hanya kalau Ia mencari tahu terlebih dahulu (dengan awalnya memilih untuk tahu). jadi, harusnya Saksi Yehuwa tidak mengatakan "Yehuwa Mahatahu", tapi "Yehuwa tidak Mahatahu".
3.sekilas info saja, Menara Pengawal mengatakan bahwa Yesus bukanlah Allah karena Ia tidak tahu kapan hari akhir. kalau mengikuti cara bernalar MP, berarti tetap bisa saja Yesus itu Allah (kan yang namanya Allah bisa memilih untuk tidak tahu).
4.Ya, Allah sejak awal sudah tahu bahwa bumi akan jatuh dalam dosa. Mempermasalahkan sumber kejahatan, tidak akan menjawab diskusi kita tentang Kematahuan Allah. apakah kalau hal-hal keji berasal dari hasutan si jahat, dan Allah tahu itu, akan otomatis membuat Allah ikut menjadi sumber kekejian? Tentu tidak, bukan. "kemahatahuan" dan "sumber dosa" adalah dua hal yang jelas berbeda.

Anonim mengatakan...

no. 3
Mat 24:36
”Sehubungan dengan hari dan jamnya tidak ada yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak, Putra pun tidak, kecuali Bapak.

(A) Yesus memang tidak tahu
(B) Yesus MEMILIH untuk tidak tahu.

ayat di ata jelas bahwa Yesus memang tidak tahu (A)

BUKAN

Memilih untuk tidak tahu (B)

menurut saya panarikan kesimpulan Anda kurang tepat atau bahkan salah.

saksiyehuwa mengatakan...

kenapa ayat di atas menunjuk ke A, bukan B? mohon dijelaskan lebih lanjut

Anonim mengatakan...

Salam kenal kepada siapapun yang ada disini. Mohon maaf saya ingin menanyakan sesuatu yang mngkin tidak berhubungan dengan topik anda. Tetapi saya tidak tahu mau menanyakannya kepada siapa. Jadi, mohon sdr2 siapapun, bersedia utk memberikan jawaban kepada saya. Saya sangat menghargainya.

Saya ingin bertanya, di kej 1:27 dikatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia menurut gambarannya. Ada yg mengatakan kpd saya bahwa "menurut gambarannya" berarti menunjukkan bahwa kita manusia diciptakan seperti gambaran Tuhan yang memiliki sifat kasih atau segala hal2 yang baik, sempurna. Berarti semua manusia seharusnya bersifat seperti Tuhan yang selalu mengasihi satu sama lain atau segala sifat yang baik. Lalu kenapa skrg manusia bs berbuat jahat? Ada yang menjawab bahwa Tuhan yang menciptakan manusianya tetapi bukan Tuhanlah yang menciptakan orang jahat tersebut. Karena awalnya manusia ini bukan orang jahat , tetapi pada akhirnya manusia inilah yang memilih untuk berbuat jahat. Jadi pertanyaan saya adalah, darimana asal sifat berpikiran utk berbuat jahat tsb? Bukankah gambaran Tuhan itu adalah segala sesuatu yang berhubungan dgn hal2 yang baik? Kalau Tuhan tidak memiliki sifat jahat, kenapa manusia bisa memiliki sifat jahat? Bukankah jadinya manusia diciptakan tidak sesuai dgn gambaran Tuhan? Melainkn Tuhan menambahkan satu sifat yg bisa berbuat jahat kedalam cipataannya? atau memang pada dasarnya ada gambaran sifat jahat di dalam diri Tuhan? Kalau tidak, kenapa Tuhan memperkenalkan kita kejahatan? Kalau tidak ada yang memperkenalkan kita kejahatan, bagaimana kita bisa tahu akan kejahatan? Apabila itu adalah setan atau iblis yang memperkenalknnya, lalu setan atau iblis ini sebelumnya adalah siapa? Bukankah sebelum menjadi setan atau iblis, mereka adalah putra2 rohani Allah? Lalu siapa yang memperkenalkn kepada mereka sifat utk menjadi setan atau iblis kalau Tuhan tidak pernah merancang sifat tersebut? Kalau Tuhan menciptakan mereka mnurut gambaran-Nya?

saksiyehuwa mengatakan...

Dear Sdr,

saya akan coba sharing sedikit, walaupun topik ini bukanlah topik utama di blog ini.
sifat jahat berbeda dengan sifat baik. sifat jahat adalah kondisi tidak adanya sifat baik (sama

seperti gelap adalah kondisi tidak adanya cahaya).
manusia bisa menjadi jahat karena memilih untuk demikian. Allah menciptakan manusia dengan

kehendak bebas. Tuhan tidak memperkenalkan manusia dengan kejahatan. justru manusia yang

mencari tahu sendiri. ingat ketika sedang di taman eden? Tuhan tidak pernah memperkenalkan

kejahatan. Tuhan hanya memberikan perintah dan larangan.
Setan sebelumnya adalah putra-putra rohani Allah, namun dalam kehendak bebasnya, ia memilih

untuk melawan Allah.

maafkan jika jawaban saya tidak dapat menjawab sepenuhnya pertanyaan Sdr, karena blog ini tidak

dimaksudkan untuk membahas pertanyaan ini. kiranya dalam keterbatasannya, sharing saya ini dapat

memberikan sedikit kejelasan bagi Sdr.