Blog ini tidak dibuat oleh seorang Saksi Yehuwa. Blog ini membahas ajaran Saksi Yehuwa dengan menggunakan publikasi dan Alkitab. Ditujukan kepada siapa saja yang berhati tulus dan ingin memeriksa kebenaran pengajaran Saksi Yehuwa.

Kamis, 25 Agustus 2011

Komentar Pembaca: Alasan Mengapa Allah Bisa Memilih untuk Tidak Tahu

Untuk memahami diskusi berikut, Saudara harus membaca Kata Saksi, Allah juga Bisa Tidak Tahu terlebih dahulu.

Seorang Saksi memberikan komentar:

Ketika menciptakan Yesus: Apakah Ia sudah tahu Yesus akan memilih untuk jadi Juruselamat?
Ketika menciptakan malaikat: Apakah Ia sudah tahu bahwa salah satu di antaranya akan memberontak?
Ketika menciptakan manusia yg serupa dgn NYA: Apakah Ia sudah tahu nantinya manusia akan jatuh?
TUHAN menciptakan mereka mencerminkan Rupanya..
Jadi manusia, Yesus, Setan bisa memilih.
jadi Ketika sejak diciptakan kita punya hak untuk memilih.

Ia menggunakan keMahaTahuan Nya itu dgn Kasih.
Saya tidak tahu apakah Tuhan menggunakan Kemahatahuan-Nya itu, karena saya tidak bisa; saya hanyalah debu di hadapan-Nya.
tapi yang saya tahu Ia adalah Kasih, jd Saya yakin Tuhan menciptakan semua Nya dgn Kasih.
Mungkin anda Bisa berpikir dgn ilustrasi ini.
Ilustrasi nya adlah, saya adalah seorang sprinter yang bisa berlari sangat cepat, namun ketika pulang gym ke rumah dr gym, saya memilih untuk berjalan.
Saya tidak menggunakan kemampuan saya itu bukan....

Ketika Anda mempertanyakan KeMahatahuan Allah, Anda berarti mempertanyakan Iman anda sendiri dan mempertanyakan kepercayaan dan mempertanyakan Allah itu sendiri?

Jadi, jangan mencoba membaca pikiran Tuhan dengan logika sendiri, logika Tuhan jauh melebihi kita termasuk tujuan mengapa Dia menciptakan Adam dan Hawa.

Berikut adalah tanggapan saya:

Ketika menciptakan Yesus: Apakah Ia sudah tahu Yesus akan memilih untuk jadi Juruselamat?

Saya tidak bisa jawab pertanyaan ini, karena setahu saya, Yesus itu tidak diciptakan (silakan membaca bahasan ayat berikut: Peny. 3:14, Ams. 8:22, dan ayat lainnya di daftar hasil riset saya)

Ketika menciptakan malaikat: Apakah Ia sudah tahu bahwa salah satu di antaranya akan memberontak?

Tidak ada bagian Alkitab yang secara eksplisit menyatakan ini, namun secara implist, “Ya” (berkaitan dengan penjelasan di bawah)

Ketika menciptakan manusia yg serupa dengan-Nya: Apakah Ia sudah tahu nantinya manusia akan jatuh?

Pada tulisan ini, sudah saya berikan ayat yang menyatakan bahwa Allah bahkan sudah membuat rencana keselamatan sebelum dunia dijadikan (Ef. 1:5-7).

A. - Kalau Ia merancangkan keselamatan bahkan sebelum manusia ada, itu berarti Ia sudah tahu kalau manusia akan jatuh.

B. - Kalau manusia jatuh, berarti Ia tahu bagaimana caranya manusia akan jatuh, yaitu dengan Setan.

Kalau Ia tahu Setan yang menjatuhkan, pasti Ia tahu kalau malaikat itu memberontak

TUHAN menciptakan mereka mencerminkan rupa-Nya. Jadi manusia, Yesus, Setan bisa memilih. Ketika sejak diciptakan kita punya hak untuk memilih.

Nah, justru itu…. apakah sama sekali tidak terbesit dalam pikiran Allah bahwa mereka akan jatuh (kan katanya mereka “punya hak untuk memilih”)?

Bukankah Allah sebagai Penenun Agung tahu semua kemungkinan yang dapat terjadi pada ciptaan-Nya?

TUHAN menciptakan mereka mencerminkan rupa-Nya. Jadi manusia, Yesus, Setan bisa memilih. Ketika sejak diciptakan kita punya hak untuk memilih.

Semua sifat Allah sejalan dengan kasih. Apakah bisa Ia menggunakan Kemahatahuannya tanpa kasih?

Saya tidak tahu apakah Tuhan menggunakan Kemahatahuan-Nya itu, karena saya tidak bisa; saya hanyalah debu di hadapan-Nya.

Saudara tidak tahu apakah Ia menggunakan kemahatahuan-Nya? Mungkin maksudnya Saudara tidak mengerti bagaimana Ia menggunakan kemahatahuan-Nya?

tapi yang saya tahu Ia adalah Kasih, jadi saya yakin Tuhan menciptakan semua-Nya dgn Kasih.

Ya memang dengan kasih. Saya juga setuju itu.

Mungkin anda Bisa berpikir dgn ilustrasi ini: saya adalah seorang sprinter yang bisa berlari sangat cepat, namun ketika pulang gym ke rumah dr gym, saya memilih untuk berjalan.
Saya tidak menggunakan kemampuan saya itu, bukan....

Masalahnya, yang Saudara contohkan itu tak dapat dibandingkan dengan topik kita sekarang. Saudara memberikan contoh tentang penggunaan kemampuan, sedangkan yang kita bicarakan adalah sifat natur.

Saya akan coba sharing tentang sifat natur Allah:

Allah bukan mampu menggunakan kemahatahuan-Nya, tapi Ia mau tidak mau harus menggunakannya.

Saya akan coba contohkan: salah satu sifat natur Allah adalah kekudusan, makanya Allah pasti kudus dan tidak bisa sekalipun memilih untuk tidak kudus.

Makanya, dikatakan bahwa Ia "... tidak dapat berdusta

," (Tit. 1:2). Nah, kalau saya tanya: bisakah Allah dengan kasih-Nya sekali saja berdusta (melanggar natur)? Tentu saja tidak.

Demikian juga masalah kemahatahuan; bisakah Ia sekali saja memilih untuk tidak tahu? Juga, tentu saja tidak.

Saya akan coba sharing kepada Saudara tentang kemampuan Allah:

Allah mampu membuat orang yang melecehkan nama Allah mati di tempat (seperti zaman PL dulu). Namun sekarang Ia memilih untuk tidak melakukan-Nya (seperti Saudara memilih untuk berjalan) lagi. Nah, inilah yang dimaksudkan dengan diskusi kemampuan Tuhan, sungguh berbeda dengan diskusi kita saat ini tentang sifat natur.

Ketika Anda mempertanyakan Kemahatahuan Allah, Anda berarti mempertanyakan iman anda sendiri dan mempertanyakan kepercayaan dan mempertanyakan Allah itu sendiri?

Saya tidak mempertanyakannya; saya tidak meragukan Kemahatahuan Allah; malahan saya percaya sekali. Bukankah Saudara yang mempertanyakan Kemahatahuannya?

Jadi, jangan mencoba membaca pikiran Tuhan dengan logika sendiri, logika Tuhan jauh melebihi kita termasuk tujuan mengapa Dia menciptakan Adam dan Hawa.

Saya tidak membaca pikiran Tuhan dengan logika sendiri, saya menggunakan Alkitab (di tulisan saya di atas juga saya sertakan ayat-ayatnya). Saya hanya berjalan sejauh Alkitab menyingkapkannya, dan ayat-ayat di atas membuktikan bahwa Alkitab menyingkapkan Allah itu Mahatahu, bahkan sudah tahu kita akan berdosa sebelum dunia dijadikan.

Bukankah malahan tidak ada satu ayat Alkitabpun yang mengatakan Ia memilih untuk tidak tahu?

Justru dari sini akan kelihatan siapa yang membaca pikiran Tuhan dengan logika sendiri dan siapa yang menggunakan Alkitab.

Terlepas dari diskusi ini, satu hal yang menarik, kalau Allah tahu kita akan berdosa sebelumnya, apakah itu akan membuat Ia jahat? Tidak, Ia tetap baik. Yang jahat adalah kita yang berdosa.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Diskusi anda tidak akan nyambung, satu Saksi Yehuwa akan mempertahankan keimananya, dan anda akan terus "menyalahkan" keimanan yang dipercayai oleh SSY,
Jaka sembung pegang golok tak bakal nyambung...

saksiyehuwa mengatakan...

terima kasih komentarnya, Sdr. Anonymous....
menurut saya nyambung karena membicarakan topik yang sama. biar pembaca saja yang melihat yang mana yang benar. saya masih percaya kuasa Roh Kudus yang mencelikkan hati