Mengenai: “Respond to the directions of the organization as you would the voice of God.“ ( Watchtower 6/15/1957, p. 370) |
Pembaca: ini bukan soal melawan atau tidak melawan, melainkan sikap rendah hati, spt uraian diatas, karena mereka ditunjuk menjadi pimpinan atas jemaat, dan mendasarkan segala sesuatunya pada firman Allah maka spt tertulis di ibrani 13:7,17, maka sudah semestinya kita menaati mereka, tapi tidak spt yg anda katakan “telan mentah2”; kita selalu mendapat dasar prinsip2 ayat alkitab yg diambil dalam pengaturan yg dikeluarkan “budak”, dengan demikian kita diajak meneliti sendiri, dan mencernanya. hal yg sama bisa saya tanyakan balik pada anda, misal : mengapa anda merayakan natal? mengapa anda percaya pada tritunggal? mengapa paskah bisa berkaitan dengan telur & kelinci? dsb, apakah anda sudah memeriksa dasar alkitabnya?? atau anda telan mentah2 pokoknya kita ikuti saja? (Ed.) |
Tanggapan untuk artikel “Siapakah Saya?” |
Pertama, kalau jemaat Berea memeriksa kembali pengajaran para rasul (Kisah 17:11); itu tindakan rendah hati atau bukan terhadap para rasul?
Kedua, kita memang harus tunduk kepada pemimpin kita, karena “karena mereka menjaga jiwamu sebagai orang-orang yang akan memberikan pertanggungjawaban” (Ibr. 13:17). Tetapi pemimpin yang seperti apa? Ya tentu pemimpin yang memang benar sesuai firman Allah, bukan? Bagaimana cara mengenali pemimpin yang demikian? Ya dengan memeriksa ajaran-ajarannya.
Ketiga, jika budak ada yang salah, apakah Saksi diperkenankan untuk berkeberatan? Atau harus telan mentah-mentah? Bisa dibaca bukti publikasinya dengan mengklik alamat ini. Maksud saya, di alamat tersebut ada bukti publikasi yang mengajarkan demikian. Ini bukan karangan saya. Mohon dibaca terlebih dahulu.
Agak aneh sebenarnya kalau dikatakan:
A. kita tidak boleh telan mentah-mentah
B. kita tak boleh mempertanyakan arahan budak
Bisa tolong bantu saya harmoniskan kedua pernyataan di atas?
Keempat, mengenai pertanyaan untuk saya; hal-hal yang saya percayai awalnya karena hanya diasalkan saja dan saya terima saja, namun seiring waktu, saya kemudian memilih untuk memeriksa dasar Alkitab masing-masing ajaran tersebut.
- alasan saya merayakan natal (walaupun bukan keharusan),
- alasan saya percaya Tritunggal,
dapat ditemukan di daftarnya di sini. Saudara dapat mencari judul kepercayaan saya dan dapat membaca hasil riset saya berkenaan dengan topik tersebut.
Janganlah berpikir bahwa saya hanya asal terima, mengiyakan semuanya, dan langsung membelanya dengan buta (tanpa memeriksanya). Mengenai Paskah, saya merasa bahwa itu masalah hati nurani saja (Rom. 14). Dan sekadar tambahan, saya menolak adanya Sinterklas, karena menurut saya itu adalah suatu figur yang amat mengganggu makna natal sesungguhnya. Bahkan saya pikir, kalau masih ada Sinterklas, hilangkan saja natal. Kenapa tidak?
Saya juga percaya kalau seharusnya nama Allah dipulihkan di Perjanjian Lama (tapi tidak di Perjanjian Baru). Apa ini artinya saya hanya menerima ajaran saja tanpa memeriksanya?
Jadi, saya tidak terima mentah-mentah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar