Blog ini tidak dibuat oleh seorang Saksi Yehuwa. Blog ini membahas ajaran Saksi Yehuwa dengan menggunakan publikasi dan Alkitab. Ditujukan kepada siapa saja yang berhati tulus dan ingin memeriksa kebenaran pengajaran Saksi Yehuwa.

Senin, 25 Juni 2012

Kenapa Saya Meninggalkan Menara Pengawal (Kesaksian Cynthia Hampton)

Saya pertama kali mengenal organisasi Menara Pengawal pada tahun 1970, ketika ibu saya mulai studi dengan seorang teman lamanya yang sudah menjadi Saksi Yehuwa. Pada saat itu saya berada di kelas 8 [kelas 2 SMP]. Tak lama setelah itu, ibu saya mulai membawa kami semua ke Balai Kerajaan dan berhenti menghadiri kebaktian di gereja. Sebelumnya, kami dibesarkan di Gereja Katolik Roma.

Setelah menghadiri beberapa kebaktian dan melalui indoktrinasi yang berat, saya memutuskan bahwa Menara Pengawal memiliki kebenaran. Saya dibaptis pada 1972.

Kami semua percaya dan berharap bahwa Armageddon akan datang pada tahun 1975. Beberapa bahkan berspekulasi bahwa saat itu akan tiba pada 1974, daripada 1975. Saya ingat Pengawas Distrik, Sdr. Sales (saya percaya itu dia, tapi tidak sepenuhnya yakin), memberikan ceramah pada Kebaktian Internasional di Oakland tahun 1973. Kata-katanya, “Ketika alarm jam bersiap untuk berbunyi, tepat sebelum berbunyi, akan ada bunyi ‘klik’… Jadi, kita sedang berada pada periode waktu antara ‘klik’ dan bunyi sesungguhnya dari alarm jam. Itulah sisa jumlah waktu yang kita punya sebelum Armageddon!” Semua orang membicarakan tentang seberapa sedikitnya waktu yang kita miliki sebelum Amageddon.

Karena sisa waktu hanya sedikit, banyak remaja mulai menikah pada usia yang cukup muda. Sudah tradisi bagi seorang Saksi Yehuwa untuk menikah muda. Karena seseorang tidak diperbolehkan pacaran kecuali jika berniat menikah. Akan tetapi, karena Armageddon sudah sangat dekat, banyak remaja yang akan menikah. Kami diberitahu bahwa masih tidak tahu apakah akan ada pernikahan di sistem yang baru. Karena belum ada kepastian bahwa kami dapat menikah di sistem yang baru, banyak yang memutuskan untuk menikah sebelum Armageddon, daripada tetap melajang selama kekekalan.

Ketika hormon-hormon orang muda sedang meledak-ledak, pemikiran seperti ini berbahaya. Banyak pernikahan orang muda yang berakhir dengan sangat tidak membahagiakan, seperti yang saya alami. Saya menikahi seorang saudara (Saksi Yehuwa) lainnya pada 1974 pada usia 18 tahun. Ini adalah kesalahan terbesar dalam hidup saya.

Pria ini adalah tipe pemukul istri. Dia mulai memukul saya tepat satu minggu setelah kami menikah. Ketika saya mengadu kepada penatua-penatua dengan fakta bahwa ia memukul saya, saya jadi tidak berminat dengan respon mereka. Mereka berkata bahwa tidak ada peraturan organisasi Menara Pengawal mengenai hal ini dan ini bukanlah “ancaman pemecatan.” Hal ini dianggap sebagai masalah keluarga dan mereka tidak akan terlibat.

Ya… masalah keluarga dalam bentuk banyak pelecehan fisik dan mental. Sekujur tubuh saya selalu memar dan tak ada seorangpun yang peduli. Saya diberitahu untuk tidak mendiskusikan hal ini dengan orang lain dan berhenti merengek. Kelihatannya mereka berpikir bahwa saya mengomel terlalu banyak tentang suami saya dan itulah alasan saya dipukul. Dia kemudian dipecat pada 1976 karena merokok. Jadi saya mulai berpikir, apakah merokok adalah dosa yang lebih parah ketimbang memukul istri? Saya tahu ada sesuatu yang salah dengan semua ini. Ketika ia dipecat, saya sedang mengandung anak laki-lakinya pada saat itu.

Pada 1976, setelah anak laki-laki saya lahir, saya memutuskan untuk tidak bertahan lagi dalam pelecehan ini, jadi saya meninggalkan suami saya, pindah, dan tinggal dengan orang tua saya. Saya kemudian baru bercerai dengannya setahun kemudian. Penatua-penatua mengatakan kepada saya bahwa saya tidak “cerai secara Alkitab” dan tidak diperbolehkan untuk pacaran. Pada saat itu saya berusia 20 tahun.

Setahun kemudian, saya mendaftar di kampus komunitas dan memutuskan bahwa saya akan kuliah – setelah saya tidak belajar dengan baik pada saat SMA. Kenapa? Karena Armageddon akan segera terjadi pada saat saya SMA. Jadi di sini, saya tidak bisa mendapatkan pekerjaan, dan saya tentunya tidak ingin bekerja sebagai petugas kebersihan, karena saya lebih menyukai bekerja di belakang meja. Saya tahu bahwa saya memiliki otak di dalam kepala saya, dan inilah saatnya untuk menggunakannya dengan berkuliah. Pada saat itu sudah tahun 1977 dan Armageddon masih saja tidak terjadi.

Setelah beberapa lama, semakin nampak bagi saya bahwa hal-hal yang ada di Balai Kerajaan tidak seintelektual seperti yang saya bayangkan. Saya belajar bagaimana berpikir kritis dan memberi pertanyaan pada saat pemikiran bebas mulai tidak disukai [catatan: Menara Pengawal melarang pengikutnya untuk berpikir bebas, selengkapnya dapat di baca di sini].

Saya ingat ketika sedang ngobrol dengan seorang istri penatua dan memberitahunya bahwa saya sedang mengambil kuliah psikologi dan saya menikmati kuliah itu. Tahukah kamu apa responnya? Dia berani mengatakan kepada saya bahwa saya sedang mempelajari “ajaran-ajaran setan” dan saya sebaiknya keluar dari kuliah psikologi saya sesegera mungkin. Saya tidak mendengar sarannya.

Pada 1979, saya nyaris berhenti pergi ke perhimpunan. Saya pikir saya akan menghadiri kebaktian distrik pada tahun itu di Tucson, dan pada saat itu saya sudah tidak dinas sama sekali. Pada 1980, saya menulis surat kepada penatua untuk memberitahu bahwa saya tidak lagi menghadiri kebaktian dan tidak lagi menganggap diri sebagai Saksi Yehuwa. Saya memberikan surat itu kepada saudara laki-laki saya untuk kemudian diserahkan kepada penatua.

Saya selalu memiliki beberapa pertanyaan mengenai organisasi Menara Pengawal dan sehingga lebih mudah untuk saya meninggalkan organisasi. Misalkan, saya tidak pernah sepenuhnya percaya bahwa tidak boleh transfusi darah, jadi saya tidak pernah membawa kartu “Tidak Menerima Transfusi Darah”. Saya tahu bahwa jika saya sedang sekarat, saya akan menerima bantuan transfusi darah untuk menyelamatkan hidup saya.


sumber gambar: dailymail.co.uk

Hal lainnya yang selalu menganggu saya adalah ajaran Menara Pengawal mengenai apakah seorang perempuan harus berteriak atau tidak jika ia diperkosa. Menara Pengawal memberi peraturan bahwa jika seorang perempuan tidak berteriak, maka itu berarti ia menikmatinya, dan itu berarti melakukan percabulan dan akan dipecat. Bagaimana seorang perempuan dengan pikiran jernih dapat setuju dengan cara pikir dan peraturan organisasi ini?

Saya tidak pernah kembali lagi, meskipun saya menghadiri Perjamuan pada 1980 dan setelah itu, membuat keputusan bahwa saya tidak akan menginjakkan kaki lagi di Balai Kerajaan.

Pada 1982, teman baik saya mengundang saya ke gerejanya dan saya menerima undangannya itu. (Tahukah kamu bahwa dalam hidup ini tidak ada yang kebetulan? Yang ada “rencana Tuhan”) saya pergi ke gereja dan menemukan bahwa orang-orang Kristen begitu hangat dan mengasihi orang yang mengasihi Yesus Kristus. Tapi saya masih takut. Apakah saya melakukan hal yang benar dengan datang ke gereja ini? Akankah sesuatu yang buruk terjadi kepada saya karena saya datang ke tempat yang disebut Menara Pengawal sebagai “Babilon? Sebagai Saksi Yehuwa, kami selalu diajarkan bahwa setan-setan hadir di gereja-gereja “Babilon”.

Kemudian saya menerima jawabannya: setelah kebaktian gereja selesai, saya melihat sekeliling dan melihat satu wajah yang familiar. “Tidak, tidak mungkin,” pikir saya. Tapi saya pikir bahwa orang ini adalah mantan Saksi Yehuwa! Saya berpikir dua kali dan ya, saya mengenali ibu ini. Saya datang kepadanya dan bertanya, “Pernahkah saya melihatmu di kebaktian Saksi yehuwa?”

Matanya terbuka lebar. Ia bertanya kepada saya, “Apakah kamu baru saja meninggalkan Saksi Yehuwa?”

Saya jawab, “Ya!” Saya meninggalkan Menara Pengawal 2 tahun yang lalu dan ini pertama kalinya saya ke gereja. Saya menceritakannya kepada ibu ini. namanya Mary Kling suaminya adalah sepupu dari M. James Penton, penulis buku “Apocalypse Delayed![Catatan: buku ini ditulis oleh seseorang yang berhenti menjadi Saksi Yehuwa setelah melakukan banyak penelitian yang menjatuhkan kredibilitas tahun 607 SM] saya senang sekali begitu mengetahui bahwa bukan saya satu-satunya orang yang meninggalkan Saksi Yehuwa, yang kemudian datang ke gereja!

Mary menjelaskan kepada saya apa yang salah dengan organisasi Menara Pengawal. Pada saat itu saya tahu bahwa ada sesuatu yang salah, tapi saya tidak tahu bagaimana untuk membuktikannya! Dia menunjukkan saya publikasi-publikasi Menara Pengawal yang lama dan menunjukkan bagaimana Menara Pengawal mengajar bahwa Yesus adalah perantara hanya untuk 144.000 orang saja! Ketika saya membacanya, saya tahu bahwa Menara Pengawal adalah organisasi yang salah dan kebenaran hanya dapat ditemukan di dalam Yesus Kristus. Kemudian pada bulan Mei 1982, saya memberikan hidup saya kepada Yesus Kristus.

Saya ke gereja di Tucson, Arizona, yang lalu, bukanlah kebetulan. Saya datang ke gereja yang sama yang dihadiri Mary. Saya tahu bahwa Allah bekerja sepanjang proses ini. Akan tetapi, bukan berarti tanpa bayarannya. Saya memberitahu ayah saya, yang pada saat itu Saksi Yehuwa yang belum dibaptis, tentang pengalaman saya. Dia memberitahu ibu saya –dan ibu saya dan saya akhirnya berdebat. Kemudian ia mengatakan bahwa saya tidak diterima di rumahnya lagi. Ia mengucilkan saya selama 17 tahun.

Pada akhir ahun, saya pindah ke Los Angeles, California dan memulai hidup yang baru, jauh dari teman-teman lama dan keluarga yang mengucilkan saya. Saya bertemu Randy Watters dari FreeMinds [Catatan: pelayanan Kristen yang menjangkau Saksi Yehuwa] dan mulai menghadiri acara-acara yang diadakannya. Saya kemudian secara sekarela membantunya di rumah atau kantornya untuk pelayanannya, yang pada saat itu disebut “Bethel Ministries”. Saya banyak belajar dari Randy Watters dan selamanya saya akan bersyukur memiliki dia sebagai teman dan guru saya.

Pada musim panas 1998, seorang sepupu saya, Saksi Yehuwa, Andy Burns, menderita leukemia pada usia 39. Dia belum baikan, dan masih sering sakit kepala. Setelah beberapa tes dan diagnosis leukemia akut, dia dirawat di rumah sakit untuk kemoterapi. Dia hanya bertahan selama 6 minggu. Tentu, sebagai seorang penatua Saksi Yehuwa, ia menolak semua transfusi darah. Hitung jenis darahnya menjadi rendah, hingga terapi kemoterapi tidak dapat dilanjutkan. Kini ia diperingati di “Watchtower Victims Memorial,” di AJWRB [Catatan: ajwrb.org adalah website yang dibuat oleh sekelompok Saksi Yehuwa yang tidak setuju dengan larangan Menara Pengawal terhadap transfusi darah].

Pada 1999, ibu saya memutuskan untuk berbicara lagi kepada saya. Pada tahun 2000, orang tua saya datang berkunjung ke rumah saya. Mereka bahkan pergi makan malam dengan saya dan suami saya. Saya tidak tahu apa yang terjadi, tapi saya pikir mungkin mereka lelah tidak mengenal cucu-cucu mereka. Saudara laki-laki saya adalah satu-satunya anak dalam keluarga saya yang tetap menjadi Saksi Yehuwa, dan ia menjadi penatua. Ia dan istrinya tidak memiliki anak, dan mereka kemudian bercerai.

Saudara perempuan saya dan saya memiliki anak-anak, dan orang tua saya tidak percah mengenal cucu-cucunya hingga baru-baru ini. Menyedihkan, bukan? Anak-anak saya berusia 10 dan 13 tahun ketika mengenal kakek dan nenek mereka. Saya kemudian kembali hilang hubungan dengan orang tua saya, karena saya tahu pada “Pelayanan Kerajaan Kita” edisi Agustus 2002, mereka disarankan untuk mengucilkan mantan Saksi Yehuwa.

Saya tidak tahu lagi bagaimana hubungan saya dengan orang tua saya, selain yang saya tahu bahwa ibu saya marah besar ketika menemukan website ini. Dia juga menolak mengakui edisi terbaru Silent Lambs [Catatan: website silentlambs.org berisi penyelidikan tentang kasus pelecehan seksual anak-anak yang banyak terjadi di kalangan Saksi Yehuwa], dan menganggapnya omong kosong.

Saya sangat sedih karena ia tidak mengenal Yesus yang sesungguhnya. Yesus mengatakan "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh. 14:6) Hidup ibu saya terikat dengan organisasi yang TIDAK AKAN menunjukkannya Yesus Kristus. Organisasi itu adalah organisasi kosong dengan janji-janji palsu dan nubuatan-nubuatan palsu. Alkitab tidak pernah mengatakan bergabung dengan sebuah organisasi agar selamat.


Saya sekarang sudah menjadi orang Kristen selama 26 tahun dan Yesus menjadi Tuan atas hidup saya. Kami, pada 2008, memoderasi tiga yahoo groups. Saya sangat senang karena internet dan semua pelayanan-pelayanan di sini dapat mendidik dan menginformasikan kepada banyaka orang mengenai ajaran yang keliru dari organisasi Menara Pengawal. Puji Tuhan!



Tulisan ini diterjemahkan dari http://exjwslosangeles.org/testimonies/why-i-left-the-watchtower

Dengan izin penulis asli

4 komentar:

Unknown mengatakan...

Ga jelas mendingan ke jw.org lebih mantap daripada blog ini kayak sampah.

haryadi white mengatakan...

Takut Diperkosa
Ada yang lebih ditakuti wanita daripada sekadar takut kehilangan martabat mereka. Pelecehan seksual sering kali menyiratkan ancaman pemerkosaan. Dapat dipahami, bagi banyak wanita, pemerkosaan adalah tindak kejahatan yang bahkan lebih menakutkan daripada pembunuhan. Seorang wanita mungkin tiba-tiba mendapati dirinya berada di tempat yang membuatnya takut diperkosa. Ia mungkin melihat pria yang tidak dikenal atau tidak dipercaya. Jantungnya berdebar-debar seraya ia dengan panik mencoba memeriksa situasinya. ’Dia mau apa? Ke mana saya bisa lari? Berteriak atau tidak?’ Jika sering terjadi, pengalaman seperti itu dapat menggerogoti kesehatan wanita. Banyak orang memilih untuk tidak tinggal di kota atau tidak berkunjung ke kota karena rasa takut demikian.
”Rasa takut, kecemasan, kesusahan semuanya adalah santapan sehari-hari kehidupan di kota bagi banyak wanita,” kata buku The Female Fear. ”Rasa takut diperkosa membuat wanita harus selalu berjaga-jaga, siaga, dan waspada, membuatnya dicekam rasa waswas setiap kali ada yang berjalan terlalu dekat di belakangnya, terutama pada malam hari. Ini adalah . . . perasaan yang selalu membelenggu para wanita.”
Kejahatan yang penuh kekerasan mempengaruhi banyak wanita. Namun, ketakutan akan tindak kekerasan mempengaruhi hampir semua wanita. The State of World Population 2000, sebuah publikasi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengatakan, ”Di seputar dunia, paling sedikit satu dari setiap tiga wanita pernah dipukuli, dipaksa berhubungan seks, atau dianiaya dengan cara lain—sering kali oleh seseorang yang dikenalnya.” Apakah suasana penuh ketakutan telah merambah lebih jauh lagi? Seberapa umumkah orang-orang hidup dalam ketakutan di rumahnya sendiri?


sedarlah 2005 8/8 diterbitkan saksi saksi yehuwa

Anonim mengatakan...

Bener kata Gabriel. Ini sampah dan racun. Bisa aja orang kalau tidak terpenuhi ambisinya karena kecewa atau mau tampil tapi nggak bisa akhirnya sakit hati dan bicara seperti pemilik blog ini dan yang lain2. Hehehehe.

saksiyehuwa mengatakan...

Dear Sdr (16 Mei 2013 23.42),

iya, "bisa saja", berarti bisa juga tidak, bukan :)

salam,
MKSY