Majalah Menara Pengawal bulan ini membahas tentang Natal. Menurut
MP, salah satu alasan untuk tidak merayakan natal adalah karena Yesus “ingin
agar pengikutnya mengenang kematiannya, bukan kelahirannya.”
PERTAMA, saya sangat setuju kalau kematian
Yesus jauh lebih penting daripada kelahiran-Nya. Oleh karena itu, Ia khusus
memerintahkan kita untuk memperingati kematiannya melalui Perjamuan Kudus/Malam
Perjamuan Tuan (1 Korintus 11:24-26).
Rasanya kesalahan terbesar MP adalah menganggap hal yang "kurang penting", sebagai hal yang
"tidak boleh". Lagipula, Yesus tidak pernah melarang pengikutnya
untuk memperingati kelahiran-Nya, bukan? Jadi, Yesus “ingin agar pengikutnya mengenang kematiannya, namun
tidak pula melarang pengikutnya untuk mengenang kelahirannya.”
KEDUA, apakah Saudara bisa tolong tunjukkan di
mana letak kesalahan dari kita berdoa "Terima kasih, Bapak, karena Engkau
telah mengirimkan Anak Tunggal-Mu ke bumi, yang rela lahir di kandang yang
kotor, untuk menyelamatkan kami, manusia
yang kotor, dari maut dosa." Apakah
doa seperti ini akan dihitung Bapak sebagai dosa, karena kita memperingati
kelahiran Yesus?
KETIGA, pada malam kelahiran Yesus, "sejumlah
besar bala tentara surgawi" bernyanyi-nyanyi.
Lukas 2:13-14
|
Dan tiba-tiba beserta malaikat itu ada sejumlah besar bala tentara
surgawi, yang memuji Allah dan mengatakan, ”Kemuliaan bagi Allah di tempat
tertinggi di atas, dan damai di bumi di antara orang-orang yang mendapat
perkenan.”
|
Kalau memang tidak boleh merayakan kelahiran Yesus, mengapa para malaikat merayakannya dengan
bernyanyi-nyanyi pada malam kelahiran Yesus?
PENTING: Saya tidak sedang mengatakan kalau orang Kristen HARUS
merayakan natal. Intinya adalah:
Roma 14:5-6
|
Ada orang yang menilai suatu hari lebih penting daripada hari yang
lain; orang lain menilai semua hari sama; hendaklah setiap orang yakin
sepenuhnya dalam pikirannya sendiri. Ia
yang berpegang pada suatu hari, melakukannya untuk menghormati Yehuwa.
Juga, ia yang makan, melakukannya untuk menghormati Yehuwa, sebab ia
mengucapkan syukur kepada Allah; dan ia yang tidak makan, melakukannya untuk
menghormati Yehuwa, namun mengucapkan syukur kepada Allah.
|
4 komentar:
Sebenarnya bukan "Merayakan" tetapi MEMPERINGATI. Selaras dengan Kata-kata Raja kita Yesus Kristus, di buku Lukas.
Meskipun malaikat menyanyi, tapi tidak ada makna bahwa itu adalah perayaan.
Dan tidak ada catatan bahwa para rasul merayakan Kelahiran Tuan, sebaliknya mereka memperingati kematian Tuan.
Dari kedua catatan perayaan kelahiran dalam Alkitab, jelaslah bahwa baik orang Israel jaman dahulu, maupun orang Kristen masa awal tidak "merayakan" kelahiran.
Judul anda "Hanya Boleh Merayakan Kematian Yesus Saja?"
Jwb saya, "Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." Lukas 22:19. Memperingati kematian Kristus itu wajib bagi pengikut Tuan Yesus Kristus, selain peringatan itu bergantung pada Alkitab, boleh atau tidak bolenya. Jadi tidak sekadar 'Hanya boleh' pada judul Anda.
Bagi yang ingin tahu perayaan apa yang hendaknya dirayakan orang Kristen, silahkan pelajari Alkitab anda sendiri dengan jujur dan saksama, bukan dengan pikiran pendeta, atau tradisi gereja. Jika Anda kesulitan, silakan hubungi SSY.
Trims
Dear Sdr,
1. kalau begitu, kata-kata di publikasi berikut tidak se;aras dengan buku Lukas?
"Saksi-Saksi Yehuwa, bersama jutaan peminat, senang MERAYAKAN Perjamuan Malam Tuan dalam bahasa mereka masing-masing tidak soal di mana mereka tinggal." (w08 1/4 hlm. 29)
"SETIAP tahun, orang Kristen sejati MERAYAKAN Perjamuan Malam Tuan pada hari yang bertepatan dengan tanggal 14 Nisan menurut kalender Ibrani. " (w06 15/4 hlm. 17)
2.jadi kalau malaikat menyanyi, itu artinya memperingati?
3. saya tidak sedang mempermasalahkan apakah para rasul merayakan/memperingati kelahirannya.
4.wah, kalau standar kebenarannya adalah "sesuatu yang dirayakan orang Kristen masa awal adalah benar", maka itu berarti kita tidak boleh merayakan kebaktian distrik atau bahkan kebaktian internasional saat ini, karena orang Kristen zaman awal tidak melakukannya
5.menurut Sdr, apakah kita tidak boleh memperingati hari lahirnya? kalau kita berdoa mengucap syukur karena Bapak telah mengutus Yesus, itu dosa?
salam,
MKSY
Saya pribadi sebagai seorang SSY setuju bhw memang tidaklah salah untuk mengingat dan mensyukuri hari kelahiran Yesus, meskipun hari kematian dialah yang paling penting, sebab misi utama Yesus turun ke Bumi adalah untuk MATI sehingga dapat menebus dosa umat manusia. Coba bayangkan apa yang terjadi jika ketika Yesus lahir lalu setelah dewasa dia tidak mau mati? apakah proyek penebusan dosa dapat berjalan? tentu tidak, bukan?
Jadi sekali lagi saya katakan, saya pribadi sebagai seorang SSY menganggap bhw memang tidaklah salah untuk mengingat dan mensyukuri hari kelahiran Yesus, Tetapi yang menjadi issue utama adalah apakah Yesus lahir pada tanggal 25 Desember? Jika tidak lalu mengapa tanggal 25 Desember dijadikan hari lahir Yesus? apa latarbelakang asal-usul sejarah dari tanggal 25 Desember itu (semua lulusan teologia dan seminari tahu persis sejarah dari tanggal itu sbg Dies Natalis Solis in Victi - hari kelahiran dewa matahari Saturnalia).
Tidakkah Alkitab mengajarkan "Ya di atas Ya!, dan tidak di atas Tidak!" artinya hendaklah kita mengatakan kebenaran di atas kebenaran, dari mulai hal yang paling kecil yang mungkin dianggap tidak penting sampai hal yg paling penting.
Disamping itu, Alkitab memang memberikan petunjuk bahwa memperingati hari kelahiran di zaman dahulu hanya dirayakan oleh tokoh-tokoh padanism (Raja Firaun, dan Raja Herodes). Tidak ada clue sedikitpun di dalam Alkitab yg menjelaskan bhw hari ulang-tahun dirayakan oleh hamba-hamba Allah.
Cinsung
Dear Sdr.,
1) mengenai tanggal 25, saya sarankan untuk membaca http://www.saksiyehuwa.org/2010/12/25-desember-kafirkah-jika-ya-apakah.html
nb: saya sendiri tidak tahu apa tepatnya dasar tanggal 25 itu, tapi menurut saya tidak jadi masalah.
2)di satu sisis Sdr bilang tidak salah untuk mensyukuri kedatangan Yesus, tapi di sisi lain, Sdr keberatan merayakan. dari sini jelas pembedaan definisi "mensyukuri" dan "merayakan". menurut saya, keduanya sama.
"merayakan" tentu tidak harus dengan pasta bukan? seperti Sdr "merayakan" Malam Perjamuan Tuan gitu, maksud saya.
3)jadi kalau Natal saya pindahkan ke hari lain yang tidak ada isu berhubungan dengan hari pagan, apakah Sdr akan merayakannya?
4)tidak dilakukan oleh orang kristen masa awal, maka tidak boleh dirayakan? silakan baca http://www.saksiyehuwa.org/2012/12/mp-tidak-dirayakan-orang-kristen-zaman.html
selain itu, saya ingin bertanya apakah Sdr makan bubur kacang? bukankah seharusnya Sdr tidak makan, karena bubur kacang dalam alkitab, dicatat dalam konteks yang buruk (menukarkan hak kesulungan dengan bubur kacang)?
nb: saya sangat setuju luar biasa kalau kita harus lebih "merayakan" kematian-Nya dibanding dengan kelahirannya.
Salam,
MKSY
Posting Komentar